14. Hadir Ditengah Badai

202 39 1
                                    

Happy Reading!

Ken tergesa sembari membawa sebungkus roti dan air mineral ditangannya, Caca mengirimi pesan bahwa dirinya sedang berada di UKS. Tentu saja Ken yang sedang berjibaku dengan buku tulis dan pelajaran langsung meminta izin untuk keluar kelas. Sudah Ken bilang, ia tidak akan menyeret keluarganya ke dalam masalah.

Ya, dengan memastikan Caca baik-baik saja. Sudah lebih dari cukup.

Beberapa meter lagi menuju pintu, presensi gadis yang ia khawatirkan menyembulkan kepalanya dibalik pintu dengan sorot mata yang berbinar.

"YA AMPUN! LANGSUNG DATENG DONG! KEN TERMANTUL DEH," lagi Caca menyengir. "Jagain temen gue dulu ya, gue mau ganti baju nih. Banyak keringet. Mau cium?" Caca mendekatkan diri, menampakan tubuhnya yang utuh. Sementara Ken hanya memasang raut datar, terselip rasa kesal juga disana.

"Mika, lo ngerjain gue?"

Alis Caca bertaut, membentuk kebingunan. "Apa deh? Ngerjain apa?"

"Buktinya lo nggak kenapa-kenapa. Kenapa malah chat lo ada di uks? Terus nyuruh gue beli roti sama air-"

Belum utuh kalimat yang Ken lontarkan, Caca sudah menimpali dengan tawa.

"Salah lo, nggak baca chat gue sampai akhir ya?" tanya Caca dengan sisa tawanya.

Sontak Ken menggeleng. Menampilkan raut nelangsa.

"Nih, gue kirim ini," Caca menunjukkan ponsel yang dilayarnya sudah tertera barisan chat yang ia kirimkan kepada Ken beberapa menit yang lalu.

Kennnnn nieh

Kennnn gapake tang. Tolongs ak dong, ak lagi di uks nie :((

bawain roti sama emm air bening aja

gue otw

oiya gwsa buru-buru isokke, nanti jagain temen ak duls. Oke mks smsm, muah

Ken hanya bisa menghela nafas, Caca menaruh ponselnya kembali ke dalam saku dengan kekehan ringan, yang semakin membuat Ken kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Lo ngirim pas gue udah nggak buka hape," Ken bersungut.

"Ih, gue kan nggak tahu! Lo pasti khawatir banget, ya? Ya? Ya?" Caca menggoda, tergelak sekali lagi ketika melihat air muka Ken yang nampak kesal sekaligus jengkel kepada dirinya.

"Terserah. Nih pesenan lo," Ken abai. Langsung menyodorkan sebungkus roti dan air mineral yang gadis itu minta. Segera Caca menepis pelan, memajukan bibirnya beberapa senti.

"Lo mah, nggak kawan nih! Kan gue minta tolong dulu. Gue takut Dista kayak tadi, ah pokoknya lo jagain dulu ya? Soalnya, Bu Rani lagi ada urusan di ruang kepala sekolah."

"Mika-"

"Tolong ya! Aku sayang Ken! Uh, sayang bangettt," Caca menjulurkan lidah mengejek sebelum pergi dari hadapan Ken. Ken yang ingin berbicara pun urung, hanya tertahan di ujung lidah.

Setelah punggung Caca hilang dari pandangan, Ken hanya menghela nafas berat. Walau enggan, kakinya terus melangkah masuk ke dalam ruang kesehatan, tidak seperti ruang kesehatan sekolah pada umumnya, yang ketika masuk dijamu bau obat-obatan yang terkadang memiliki bau memabukkan. Ruang kesehatan sekolah ini memiliki wangi khas yang begitu menenangkan.

Obsidian Ken menangkap gadis yang tengah terlelap diatas brankar. Ken mendekat, memandangi Dista seperkian detik hingga tidak tersadar jika ada yang mengetuk pintu sedari tadi.

Ken berbalik badan, meketakkan sebungkus roti dan air mineral itu diatas meja. Setelahnya, lelaki bertubuh jangkunf itu menuju pintu lalu membukanya perlahan. Hingga Ken melihat penampakan tiga lelaki, satunya nampak familiar dan keduanya nampak samar.

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang