HAPPY READING ♥︎
Setelah pulang sekolah, Jendra pergi ke Warung Kopi, yang letaknya tak jauh dari sekolah nya. Warkop ini sudah biasa di jadikan tempat bersantai, berkumpul atau pun sekedar menikmati secangkir kopi.
Lelaki yang masih menggunakan seragam sekolah itu mulai melangkahkan kaki nya ke dalam Warkop, netranya menangkap objek bernama Ramdan sedang melaimbaikan tangan ke arah nya. Tumben sekali teman nya memilihi di meja depan, namun paling pojok.
"Wassap Bro!" Sapa Jendra dan mulai mengambil tempat duduk di samping Leon.
"Lama amat lu, kayak betina," cibir Ramdan yang hanya mendapat decihan dari Jendra.
"Liat fotonya dong Dra," Ramdan antusias.
Jendra yang sudah duduk di samping Leon, memicing matanya ke arah Ramdan. "Siapa?"
"Siapa tuh namanya Yon?" Ramdan melirik Leon.
"Radista Loovana." Ujarnya tersenyum simpul.
"Nah iye, si kudis."
"Radista anjir namanya! Siapa lu ganti-ganti nama anak orang," Jendra yang tidak suka dengan nama panggilan dari Ramdan langsung memasang wajah sengak, terlihat jelas jika Jendra sedang sewot.
"Iyalah anak orang. Masa anak Mbak kunti!" Sahut Ramdan yang langsung mendapat jitakan dari Leon.
"Mending lu pesenin makanan sama Teh Sarah kayak biasa, buat kita ber tiga. Gue yang bayar."
"Bener nggak nih gue di bayarin?"
"Hitung-hitung berbagi pada yang tidak mampu, ye nggak?"
"Gile, jadi holkay jalur gip ewey aje belagak bener ni bocah."
"Udah sono pesenin. Gue laper nih." Decak Leon yang merasa Ramdan mengulur-ngulur waktu.
"Tau lu Dan. Lama banget, kayak betina," Jendra yang sedari tadi bermain ponsel akhirnya bersuara, sekaligus membalas sindiran Ramdan tadi. Ramdan yang merasa Jendra menyerang balik perkatan nya hanya berdecih malas.
"Cepet pesenin woy!" Leon tidak santai lagi, ketika melihat anak curut itu masih tidak bangkit dari tempat duduknya.
"Tunggu. Jadi lo nyuruh gue?" Tanya Ramdan.
"Lu udah pernah ngerasain di pasung belum sih?" serangan balik dari Leon membuat Ramdan berdiri----walau sangat berat hati. Karna dirinya mager tapi berhubung di bayarin, ya gas aja. Setelah Ramdan sudah hilang dari pandangannya, kini Leon beralih ke Jendra yang tengah asik bermain ponsel, menegurnya pelan "Gimana kenalan nya Dra?" Jendra yang mendengar langsung melettakan ponselnya di atas meja.
"Lucu. Polos banget anak nya, bener kata lo. Berasa liat Azalea.." Jendra sambil memelankan perkataan nya di akhir kalimat. Jendra takut menyinggung masa lalu teman nya itu, namun ia tidak bisa menutup mata untuk tidak mengatakan bahwa Radista seperti replika nya Azalea, mantan kekasih Leon.
Leon hanya mengangguk tanpa suara.
"Yon, lo bener 'kan cuma kenalan aja sama dia?"
"Kenapa hm? Oh ceritanya lo udah suka nih sama dia?"
"Bukan gitu elah. Maap aja nih, gue nggak percaya aja sama lo Yon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Novela JuvenilRumpang yang tercipta berakibat celaka bagi kita. Perasaan kita berpetualang namun tak kunjung dipertemukan. Hingga saatnya kita satu namun tidak pernah padu. Kita sama-sama tidak bisa menyangkal takdir. Sejauh apapun kita pergi, kita hanya fana yan...