Happy Reading!Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, tak ada hal yang menarik untuk di ceritakan. Meski pun begitu adanya, senyum gadis itu tetap berpendar, begitu anggun dan cemerlang. Ia menatap dirinya lewat pantulan cermin, merapihkan beberapa helai surai yang nampak berantakan. Setelah dipastikan tak ada hal yang tertinggal, kakinya melangkah keluar, untuk pergi berangkat ke sekolah.
Tak ada yang benar-benar tahu tentang gadis pemilik senyum cemerlang itu, di Ibu Kota dan rumah yang ia tinggali seorang diri, kadang membuatnya ingin menyerah dengan segala pelik yang sudah ia lalui. Meski ia tahu bahwa ia tak pernah benar-benar sendirian, tetap saja gadis itu benci sebab selalu merasa sepi. Hampa. Kosong.
Dista berdecak pelan kala pikiran itu melintas tanpa permisi. Cepat-cepat ia mengunci rumah dan pergi dari sana. Walaupun sudah pergi dari pekarangan rumah, pikiran mengenai rumahnya selalu mengikuti. Kemana pun ia melangkah.
***
"DISSS! AKHIRNYA LO DATENG!", teriakan seorang gadis bernama Mikasha--yang lebih dikenal sebagai Caca-- menyambut Dista di depan pintu. Dista yang mendengarnya cukup terkejut dan ia langsung memasuki kelas dengan plang bertuliskan 10 IPA 2.
"Ada apa sih Ca? Seneng banget Dista dateng," ujarnya.
"YA SENENG LAH. MASA NGGAK TAU SIH! GUE MAU NYONTEK DONG DIS! TUGAS GUE BELUM SELESAI SEMUA NIH" Sungguh, suara gasis itu sangat nyaring, membuat Dista yang jelas-jelas disampingnya pusing. Dari pada ia dihantui suara Caca yang tak kenal lelah itu, Dista langsung membuka tas birunya untuk mengambil buku pelajaran sebagai objek menyalin jawaban Caca.
"Makasih sayangkuuu yang paling cantik," ia menyengir lebar dengan deretan gigi putih polos.
Dista yang mendengar hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah teman sebangkunya.
Saat asyik menyalin jawaban Dista, tiba-tiba tubuh Caca tersentak dan menjetikan jarinya. Seolah baru saja mengingat sesuatu yang nyaris terlupakan.
"Dista!" Panggil Caca tidak santai.
Yang dipanggil tengah membaca Novel fiksi akhirnya menoleh. Memandangi Caca yang nampak seperti orang berpikir. "Kenapa sih?"
"Ah! Inget gue!" gadis itu tersenyum girang kala reka adegan pagi tadi sudah terbayang dalam imajinya.
"Jadi, tadi pagi gue di samperin kakel cogan! Gemes banget nggak sih???" Caca memulai cerita namun Dista malah memandang heran.
"Nah pas dia nyamperin gue kan, dia nyariin elo. Katanya istirahat mau ketemu sama lo tau!"
"Hah? Ngapain deh?" Alis gadis itu berkedut.
Caca mengedikan bahunya. "namanya Jendra, anak kelas 12 IPA 7." Lebih jelasnya.
Dista merasa asing dengan nama itu, baru pertama kali dengar juga. Tapi Dista penasaran, ada keperluan apa dia sampai ingin bertemu dengan dirinya?
"Abis istirahat, dia bakal ke kelas ini lagi lho Dis! Cogan tuh, jangan di lepasin!" bermaksud menggoda, gadis itu hanya merespon dengan kekehan ringan.
***
Ternyata perkataan Caca benar, lelaki bernama Jendra yang di bicarakan tadi pagi itu benar-benar datang ke kelas untuk menemui dirinya. Dista yang sedang memakan bekal makan siang nya mendadak gugup, jarang-jarang ia bisa berkomunikasi dengan lawan jenis. Ketika di hadapkan situasi seperti ini, gadis itu bisa seperti orang hilang saking linglungnya sebab Dista tak tahu harus merespon apa nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Teen FictionRumpang yang tercipta berakibat celaka bagi kita. Perasaan kita berpetualang namun tak kunjung dipertemukan. Hingga saatnya kita satu namun tidak pernah padu. Kita sama-sama tidak bisa menyangkal takdir. Sejauh apapun kita pergi, kita hanya fana yan...