Happy Reading!
"Sumpah Yon, bego lo kebanyakan. Jelas-jelas dia langsung pergi karna takut sama lo! Ya iyalah, siapa yang nggak takut ketemu sama lo sehabis dikasarin gitu," Ramdan mencibir, nadanya terdengar ketus namun apa yang dikatakan Ramdan benar adanya.
"Gue nggak tahu Dan. Gue pikir-"
"Pikar pikir pikar pikir. Baru punya otak lo buat mikir? Lo tuh nggak ngotak banget jadi cowok, malu-maluin kaum sejenis lo aja. Termasuk gue yang malu sama tingkah lo itu."
"Yang lain juga sama. Mereka bisa lebih brengsek dari pada gue, masih untung dia gue biarin hidup kan?"
Jendra menoleh, melotot tidak santai, "sumpah, sakit otak lo." Ramdan melakukan hal yang sama, melotot tidak percaya. Lelaki itu meremat pundak Leon kasar.
"Jadi bajingan nggak usah bangga."
Leon merasa gerah, buku-buku jarinya memutih menahan kesal. Akhirnya ia tidak menimpali apapun lagi. Sementara Ramdan menghela nafas pendek dan membuang pandangannya ke arah lain.
"Nanti istirahat biar gue yang ngomong sama dia. Kasih paham aja. Biasalah, Leon itu bulol sejati," Jendra menengahi, namun tidak bermasuk untuk membela Leon, ia hanya tidak ingin mengundang perhatian lalu mendapat hukuman dari Bu Mega--Guru Kimia-- karna membuat meributan.
Ramdan mendengus malas, namun akhirnya ia abai terhadap perkataan Jendra.
"Dra, emang si Leon kasarin siapa?" nada penasaran dari teman sebangku Jendra mengalihkan atensinya. Ia menoleh.
"Bukan apa-apa. Mereka berdua emang suka nggak jelas."
"Tapi otak gue udah travelling kearah sana," Ifa menggaruk pipinya sambil menyengir lebar.
"Jangan di dengerin. Gue bilang apa, mereka nggak jelas." Balas Jendra sewot.
"Iya iya maap. Habis ada anak kelas sepuluh kena rumor di itu sama anak kelas 12. Jadi ya gitu.."
Dahi Jendra terlipat. "Kan cuma rumor. Terus juga, lo tahu dari mana?"
Ifa membenarkan duduknya, bersiap untuk begosip ria--bersama Jendra--
"Tapi agaknya itu beneran deh, Dra! Gue nggak tahu sih siapa namanya, kata Naura si cewek itu udah nggak masuk sekolah selama sebulanan gitu. Padahal sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Aneh kan?"
Jendra bergumam, "oke, lanjut."
"Akhirnya ada anak Osis sama Wali kelasnya buat nyamperin ke rumah dia. Tapi kata tetangga-tetangga disana, keluarga mereka udah pindah sehabis berantem hebat." Ifa memberi jeda, lalu mengedikkan bahunya. "Tapi nggak ada yang tau tuh gara-gara apa."
"Lo tahu cowoknya?"
Ifa sedikit merapatkan dirinya ke Jendra, berbisik pelan, "katanya sih, cowoknya kelas ini."
Jendra menatap Ifa horror. "Lo seriusan Fa?"
Lantas Ifa mengangguk.
"Belajar Nak, gibah mulu lo berdua," Ramdan bersuara.
"Ih, udah bagus lo diam aja! Merusak interaksi sesama makhluk hidup lo."
"Halah, interaksi interaksi pala lo. Orang lain nabung duit, lo berdua nabung dosa." Ramdan menggeleng, "btw, gibah apa? Spill dong."
"Maaf tadi itu ekslusif! Nggak ada pengulangan," timpal Ifa.
"Astaghfirullah setan banget anaknya Pak Sukiman ini."
Ifa melotot, "kok- lo kenapa tahu nama Bapak gue!? Plis gue udah jaga nama bonyok gue tiga tahun di sekolah ini!" Ifa mengacungnkan jarinya tidak santai, membentuk angka tiga. "TIGA TAHUN!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Fiksi RemajaRumpang yang tercipta berakibat celaka bagi kita. Perasaan kita berpetualang namun tak kunjung dipertemukan. Hingga saatnya kita satu namun tidak pernah padu. Kita sama-sama tidak bisa menyangkal takdir. Sejauh apapun kita pergi, kita hanya fana yan...