04. Ketika Realita Membelenggu Rasa

325 53 0
                                    

Happy Reading!

Jendra membiarkan bukunya terbuka, pena yang berada di samping buku ia biarkan jatuh dari atas meja. Kepala nya mengadah, menerawang langit-langit kelasnya, mencoba berpikir namun ia tidak tahu apa yang harus di pikirkan.

Perlahan, dia mendudukkan tubuhnya di kursi dengan benar, juga sedikit melakukan peregangan otot. Saat hendak berdiri, tiba-tiba Jendra di kejutkan oleh Ramdan yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping meja nya.

"Kaget paaji" Gelak Ramdan, sedangkan Jendra hanya melirik sinis.

"Gue manggil lo dari tadi, di samping lo dari tadi. Ghaib banget kayaknya gue."

"Jelas, lo kan setan!"

"Kurang ajar anak nya si Surti nih."

"Anjeng sia" Kesal Jendra yang lagi membuat Ramdan tergelak.

"Lo di tungguin tuh di kantin sama Leon," jelas Ramdan sambil membuka snack yang ia beli di kantin tadi.

Jendra tidak menyaut atau sekedar menatap Ramdan. Lelaki itu segera melangkahkan kaki jenjang nya keluar kelas untuk pergi ke kantin.




***



"Gila ya Pak Randu, ngasih tugas nya nggam ada akhlak banget!" Curhat Caca sembari menimang dagu nya.

"Udah ngasih nilai nya juga medit cih!" Sekedar informasi saja, Pak Randu adalah guru mata pelajaran Fisika yang terkenal pelit akan nilai. Selain guru mapel, Pak Randu juga pengajar Olimpiade di SMA Trisakti.

"Kalo lo lagi belajar Olimpiade, Pak Randu ngeselin nggak?" Tanya Caca.

Dista mengambil botol minum nya, menenggak nya hingga setengah lalu menatap Caca, "kan Dista di ajarin Bu Jihan" Jawab Dista sembari merapihkan kotak makan nya. Caca yang mendengar jawaban Dista hanya mengangguk mengerti.

"Caca tumben nggak main sama temen-temen?"

"Lagi pada praktek, nanti juga kesini. Lo ikut aja yuk."

"Eum" Dista berpikir sembari menelan makanan yang berada di mulut nya, setelah nya Dista menjawab "nggak deh Ca, lain kali aja."

"Lo udah bilang lain kali dari jaman maja pahit Dista! Mereka asik kok Dis, coba lah main kali-kali."

"Kenapa ya.. Dista udah terbiasa sendiri juga, Caca jadi temen Dista aja bersyukur banget!" Ujarnya sumringah.

"Lo lebih bersyukur lagi pasti, dapet temen terus cogan juga kan?" Caca mengedikan kedua alisnya ke atas, bermaksud menggoda Dista.

"S - siapa?" Balas Caca sambil memasukkan makanan nya ke dalam mulut.

"Kakak kelas kita, namanya Jendra. Terus pas pelajaran tadi lo juga nggak nyaut gara-gara senyum melulu." Dista yang mendengar perkataan Caca, sontak tersedak karna merasa gugup sekaligus malu.

Caca yang melihat Dista dengan wajah merah menahan makanan yang mungkin tersangkut di dalam tenggorokannya, langsung mengambil botol minum dan memberikannya ke Dista, lalu menepuk-nepuk punggung Dista pelan.

Setelah melihat teman nya sudah baik-baik saja, Caca menatap Dista dengan tatapan menuntun penjelasan atas ucapan nya tadi, "bener kan?"

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang