Happy Reading!
"Lo terlibat dalam adanya vidio ini kan? Dibalik semua ini ada lo!"
Yumna menghempas ponselnya kasar, menatap Jendra tidak berati. Jendra balik menyelami netra adiknya, membuang nafas lelah karna tahu bahwa adiknya sudah terlanjur kecewa.
Semenjak insiden suara pistol waktu itu, Yumna menjaga jarak padanya, enggan bicara kalau tak seperlunya, nyaris tak pernah ada sapaan ketika Jendra dirumah atau suara-suara heboh dipagi hari untuk membangunkan Jendra.
Jendra telah berupaya mengembalikan suasana mereka seperti dulu, namun perlakuan Yumna seakan menyuruh Jendra mundur, berhenti dan tak usah berbuat apapun tanpa melisankannya. Jendra mengerti. Ia melakukan hal yang serupa namun ia tak sebeku Yumna. Kini, mereka renggang, mereka berjarak, mereka samar, mereka patah dan mereka asing.
Sore ini, Yumna mengikis jarak untuk kembali meluap. Jendra kira saat Yumna datang padanya gadis itu mau berbaikan dengannya, nyatanya perkiraan Jendra salah. Semua diluar dugaannya terlebih saat Yumna menunjukkan rekaman berdurasi singkat yang membuat Jendra runtuh sekali lagi ; nama Radista Loovana tersemat jelas dalam rekamannya.
Jendra tak berpikir sampai sana, jejak digital bak virus yang mudah merambat kemana-kemana termasuk sekolah yang pernah ditempati Dista untuk mengenyam pendidikan sebelum sekolah menengah atas, dimana sekolah itu juga ditempati adiknya, Yumna.
"Lo kalau sayang sama Bapak lo, nggak gini juga. Sampai diikutin jejaknya jadi cowok brengsek!"
Jendra menatap lantai. Puing-puing penyesalan menghimpit tiap senti tubuhnya, asal Yumna tahu bahwa Jendra pun kecewa terhadap dirinya sendiri.
Rahang gadis itu semakin mengeras, "lo saat ngelakuin itu mikir nggak sih? Kalau yang di posisi mbak Radis itu gue atau Mama?" Yumna tertawa hambar, "oh sori, lupa gue lo nggak punya otak jadi mana pernah mikir."
Belum selesai, Yumna melanjutkan perkataanya. "Saat Bapak ninggalin kita, lo tahu nggak siapa panutan gue setelah Bapak?" Ia memberi jeda, merasakan tersendat di dalam kerongkongannya saat menelan bongkahan pahit, "lo.. orang itu lo bang. Saat itu gue merasa bangga punya lo karna disaat nggak ada bapak, lo berusaha untuk menjadi Jendra dengan versi baru yang lebih baik walau gue ataupun mama nggak minta. Lo mencoba buat jadi sosok bapak, abang, temen dan partner buat hal nggak jelas sekalipun.. bagi gue, itu hal terindah yang pernah gue rasakan. Gue merasa hanya perlu sama lo untuk rasain apa itu bahagia tanpa syarat."
"Tapi gue kecewa bang. Gue nggak habis pikir sama tingkah lo dan baru kali ini gue malu akuin lo sebagai abang gue. Gue malu," sorot kecewa menguar dari netranya. Memandangi Jendra dengan sedih tak terurai.
Sontak Jendra bangkit dari duduknya, menghampiri Yumna dengan wajah yang memerah. Gadis itu mencoba menahan tangis.
"Na.." Jendra meraih tubuh adiknya, memeluknya dengan rasa kecewa yang kian melebar. Baru kali ini, Jendra merasakan begitu dalamnya kekecewaan terhadap dirinya sendiri.
Air matanya mengalir namun gadis itu langsung menyekanya kasar, ia tak mau terlihat rapuh kembali. Jendra semakin merapatkan tubuhnya, Yumna pun tidak menolak dengan membalas dekapan saudara sulungnya.
"Makasih Na. Abang juga, abang bangga punya kamu. Mama bangga punya kamu, kita semua bangga punya Yumna." Jendra mengalihkan kalimat sebelumnya, sebab ia tak mau Yumna larut dalam kecewa. Sementara gadis itu langsung melerai peluknya, ia masih sangsi terhadap Jendra.
"Abang jahat."
"Iya."
"Nggak tahu diri."
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Novela JuvenilRumpang yang tercipta berakibat celaka bagi kita. Perasaan kita berpetualang namun tak kunjung dipertemukan. Hingga saatnya kita satu namun tidak pernah padu. Kita sama-sama tidak bisa menyangkal takdir. Sejauh apapun kita pergi, kita hanya fana yan...