3.3

15 3 0
                                    

Melani

***

Akhirnya aku sampai juga di alun-alun, wahh ramai sekali yaa malam ini, aku kira tidak akan seramai ini. Aku keluar dari mobil dan mengajak Jeni untuk menemaniku jalan-jalan di alun-alun.

"Jeni kamu ikut dengan ku, kamu temani aku jalan-jalan keliling ya," ucapku dengan wajah yang tersenyum.

"Baik nona, memang nya kita akan kemana?" tanya nya.

"Pertama kita akan muter-muter terlebih dahulu, dan setelah itu kita akan cari jajanan ringan untuk mengisi perut kita."

"Bukannya nona sudah makan tadi saat di rumah," ucap Jeni.

"Tapi perutku berkata bahwa kita harus mencicipi makanan jalanan disini,"

"Hmm terserah nona saja deh," katanya sambil memegang kening.

Baiklah kita akan jalan dari mana dulu yaa, kiri? Kanan? Aku menggunakan tang ting tung untuk memilih jalan yang akan aku dahului pertama.

"Kanan? atau kiri yaa?" aku yang berbicara sendiri.

"Bukannya sama saja nona mau itu kanan atau kiri," sahut Jeni.

"Ahh kalau begitu kita akan langsung menuju tengah saja, jika kita lewat tengah kita bisa melihat sisi kanan dan juga sisi kiri."

"Hadeuhh," hembusan nafas Jeni sambil memegang kening.

"Jeni ayoo ikut aku!" kataku sambil jalan meuju ke tengah alun-alun.

"Baik nona," jawab Jeni.

Aku dan juga Jeni berjalan menuju tengah agar bisa melihat dengan mudah sisi kanan dan juga sisi kiri alun-alun. Hmm banyak sekali jajanan disini dan penjual aksesoris, tapi aku melihat Jeni yang sedang melirik aksesoris yang di jual pedagang aksesoris.

Sepertinya Jeni ingin kesana melihat-lihat, Jeni juga jarang-jarang pergi keluar seperti ini, baiklah kalau begitu.

"Jeni kamu ingin melihat aksesoris di sana kan?" ujarku kepadanya.

"Em...tidak nona, saya ikut nona saja," jawabnya dengan terkejut.

"Kalau begitu kita kesana melihat aksesoris yang di jual pedagang itu, ayoo!"

"Em...baiklah nona."

Kami berdua mengunjungi pedagang yang menjual aksesoris, ternyata dia menjual aksesoris seperti gelang, kalung gantungan dll. Dan saat aku lihat Jeni rupanya dia melihat aksesoris itu dengan wajah serius, Hmm lebih baik aku diamkan saja dulu, biarkan dia memilih aksesoris yang dia suka.

Akupun melihat juga aksesoris yang di jual, hmm mungkin aku juga membeli 1 untuk di berikan kepada Angga, tapi apa Angga akan suka dengan pemberian seperti ini? Aku takut saat aku memberi ini ia tolak, yang ada nanti malah jarak aku dan Angga menjadi jauh karena penolakan seperti itu.

Aku pun bertanya kepada Jeni soal aku ingin memberi aksesoris murah kepada Angga.

"Jeni...menurut mu, bila seorang lelaki mendapat hadiah dari seorang perempuan, tetapi hadiahnya murah bagaimana?" tanyaku sambil menundukan kepalaku.

"Nona ingin memberi hadiah ke lelaki? Kalau boleh tau siapa lelakinya," tanya balik Jeni.

"Ah tidak, aku hanya ingin tau saja," kataku sambil wajah penuh senyum.

"Hmm?" Jeni dengan tatapan mencurigakan.

"Ada apa? Kenapa melihat ku dengan tatapan seperti itu?" aku yang panik dengan tatapan Jeni.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang