Chapter 7 : Pada Akhirnya

9 2 0
                                    

Melani

***

Pagi yang cerah di hari Senin, walaupun hari ini adalah hari yang indah dan bagus. Namun, tetap saja ini adalah hari dimana seluruh siswa mengeluh. Aku juga harus siap-siap, karena aku tidak mau terlambat untuk upacara sekolah.

Terkadang aku masih memikirkan tentang pertandingan Angga kemarin, aku berharap sekarang perasaan hatinya sudah membaik. Karena beberapa hari ke belakang dia mengalami hal yang lumayan berat, dari melihat Safira yang jalan berdua bersama Rehan, Rehan yang menyatakan perasaannya kepada Safira, dan yang terakhir adalah kekalahan Angga saat di final kemarin.

Aku segera bangkit dari kasur untuk bersiap-siap. Ketika aku bangun dan duduk, aku melihat buku Aku Cinta Kamu yang berada di atas meja belajarku. Aku sudah membaca ke semua halaman buku itu. Buku itu sangat bagus, aku sangat menyukainya.

Suara ketukan pintu kamarku.

"Iyaa masuk ajah," ujarku.

Ternyata itu adalah ayahku yang masuk ke kamarku. "Huh ayah? Ayah belum berangkat?" tanyaku penasaran.

"Ayah berangkat nanti siang," balasnya, "kamu jangan kebanyakan di kasur, cepat mandi dan siap-siap pergi ke sekolah. Sekarang hari Senin jangan sampai terlambat untuk upacara bendera."

"Iyaa-iyaa," jawabku dengan nada sedikit malas.

Kemudian ayah langsung pergi dari kamarku setelah memperingatkanku. Tapi aku suka dengan ayah yang seperti itu. Aku benar-benar menyukainya. Baiklah sekarang waktunya untuk siap-siap jangan kebanyakan berlama-lama di atas kasur.

Setelah aku bersiap-siap, aku sudah siap dari segala hal, sekarang tinggal berangkat. Aku pamit ke ayahku, aku salim kepadanya dan pergi. Hari ini Jeni yang mengantarkanku ke sekolah, ayah sepertinya masih sedikit sibuk. Tapi tidak apalah, dia memang seperti itu, aku memakluminya.

Saat di perjalanan, di dalam mobil aku bersama Jeni, dia berkata kepadaku.

"Nona," sahut Jeni, "Apa nona masih berharap kepada Angga, apa nona masih berfikir dia akan menjadi milik nona? Bukan aku bermaksud, tapi pada kenyataannya Angga hanya menganggap nona sebagai teman biasa saja sama seperti teman kelas lain. Tidak ada yang special dari nona di mata Angga, apa nona masih berharap kepadanya?"

"Aku terkejut kamu tiba-tiba bilang seperti itu," kataku, "Aku tidak tau harus berbuat apalagi, aku menyukai Angga sejak aku masih kecil. Aku masih mengingatnya sampai sekarang walaupun dia lupa denganku, tapi aku tidak apa-apa. Selama aku bisa dekat dengan Angga, aku merasa cukup untuk itu."

"Bukankah itu menyakitkan, nona."

"Aku percaya terhadap diriku sendiri, dan juga aku percaya kepada Angga."

Setelah itu Jeni tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya mencoba mengingatkan kepada Melani bahwa mendekati Angga hanyalah sia-sia. Jeni berfikir, Melani hanya menyakiti dirinya sendiri dari pada membuat dirinya senang.

"Huh? Kita sampai di sekolah," kataku melihat keluar jendela mobil, "Jeni kalau begitu aku pergi duluan yaa, dadah."

"Iyaa, belajar terus yang rajin, nona Melani."

***

Aku sekarang sedang berangkat ke sekolah menggunakan sepeda. Hari ini benar-benar cerah dan indah, pas banget pergi ke sekolah menggunakan sepeda di hari yang begitu cerah dan indah. Coba cuaca seperti ini berjalan setiap waktu, namun sayangnya itu tidak mungkin.

Aku mengayuh sepeda dengan santai, sekalian menikmati cuaca hari ini. Pikiranku masih saja memikirkan tentang pertandingan kemarin, padahal itu adalah hasil akhirnya. Dan tidak biasanya aku seperti ini, biasanya jika aku kalah dalam pertandingan aku menerimanya dengan lapang dada. Tapi sekarang entah bagaimana susah untukku menerima kenyataan itu.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang