3.4

9 2 0
                                    

"Iyaa, anggap saja oleh-oleh dari alun-alun."

Dan kami berdua pergi menuju pedagang boneka untuk membeli satu yang akan Safira berikan kepada ibunya. Sepertinya bagus juga yaa jika memberi boneka ke seseorang yang aku sukai, tapi sepertinya Safira sudah biasa dengan hadiah boneka, lalu kalau aku beli boneka, aku akan berikan kepada siapa?

Pada saat itu aku sedang memikirkan adik perempuan ku.

Kurasa tidak, cukup martabak bangka saja tidak usah pakai hadiah boneka-bonekaan. Aku melihat Safira yang sedang melihat-lihat boneka yang pada akhirnya dia memilih boneka hiu yang berukuran kecil.

"Jadi kau membeli boneka hiu untuk ibumu," ujarku kepadanya.

"Iyaa...aku memilih ini saja karena menurut ku boneka ini lucu."

Aku bisa melihat senyum tulus Safira saat memilih boneka hiu itu, sepertinya hadiah itu akan murni dari hantinya untuk ibunya tercinta. Aku juga merasa senang karena baru pertama kali melihat ia tersenyum seperti itu, yang dimana saat pertama kali bertemu raut wajahnya sangat judes.

"Sepertinya kita sudah membeli barang dan jalan-jalan bagaimana kita istirahat terlebih dahulu," ujarku.

"Hmm baiklah, dimana tempat yang bagus?" katanya sambil melihat sekeliling.

"Hmm," aku yang juga melihat sekeliling.

"Ahh itu dia, bagaimana kalau kita duduk disana, kursi itu masih kosong," lanjut kataku.

"Hmm, baiklah," katanya sambil mengangguk-ngangguk kepala.

Kami pun pergi menuju kursi kosong itu dan menempatinya untuk istirahat.

Melani

***

Setelah aku dan Jeni membeli aksesoris kami melanjutkan berkeliling alun-alun. Namun saat aku dan Jeni melanjutkan berkeliling, aku melihat Angga sedang duduk di kursi, aku merasa senang bisa bertemu dengan Angga disini dan aku berniat berlari menghampiri dan memanggil namanya.

Tetapi, saat aku ingin meneriakkan namanya aku melihat ada seorang perempuan duduk di samping Angga, aku terkejut saat melihatnya. Aku memperhatikan wanita itu dan teringat suatu hal saat berjalan bersama Angga di lorong sekolah menuju ke perpustakaan.

Pada saat itu kami berjalan berdua melewati lorong dan tiba-tiba Angga berhenti mendadak, kemudian melihat kearah luar jendela. Dan melihat ada seseorang di bawah pohon jambu yang lebat di dekat lapangan upacara sekolah. Dan saat wanita itu menoleh kearah kami aku melihat ekspresi wajah Angga yang penasaran dengan wanita itu. Dan aku ingat wajah wanita itu.

Dan sekarang aku melihat nya sedang duduk bersama dengan Angga, ahh mungkin dia cuman temannya saja. Tapi aku melihat ada sebuah boneka di tangan wanita itu, jangan-jangan Angga yang memberikan boneka itu.

"Nona?" sahut Jeni.

Kenapa hati ini terasa sangat sakit, padahal aku ini bukan siapa-siapanya Angga, kenapa perasaan ini bisa sampai sejauh itu. Perasaan yang membuat dada ku sangat sesak saat melihat mereka di depan mataku, aku harus bersikap apa?

"Nona?" sahut Jeni.

Aku menggenggam gantungan yang aku beli sebagai hadiah dariku untukAngga, aku melihat gantungan ini yang berada di tangan ku, dan berfikir. "Apa sekarang gantungan ini ada nilainya?" Aku bertanya kepada diriku ini.

"Nona?" sahut Jeni lagi.

Kemudian aku melihat Angga yang menyentuh tangan wanita itu seakan-akan meraihnya, aku melihatnya dengan rasa sangat sesak di hati ku ini.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang