4.3

7 2 0
                                    

Sesaat kami sampai di kantin, aku melihat Safira sedang duduk di pojokan tempat duduk sama seperti kemarin saat aku pertama kali melihatnya di kantin. Aku pun bilang kepada Rehan bahwa aku ingin pergi ke sana untuk menghampiri Safira.

"Rehan lihat, disana ada Safira, aku ingin pergi kesana dulu yaa sebentar saja," ujarku.

"Hmm kau ini, niat awal kita ke sini untuk apa?" tanya Rehan kepadaku.

"Membeli pulpen," jawabku.

"Itu kau tau, kau kan yang mengajak kesini."

"Sebentar ajah pliss," kataku yang memelas.

Rehan sepertinya jijik melihat wajahku saat aku memohon kepadanya seperti ini. Tapi mau gimana lagi, itu juga biar aku bisa pergi ke Safira sebentar saja.

"Iyaa iyaa, 3 menit saja," jawab Rehan yang jengkel melihat wajahku.

"Terima kasih, kau memang terbaik," kataku lalu pergi ke Safira.

"Dia ini, apa pingin aku hack akun sosmed nya," kata Rehan yang jengkel.

Kemudian aku menghampiri Safira yang sedang duduk di pojokan tempat duduk, aku ingin menyapanya. Tapi kalau di lihat dari wajahnya, dia seperti sedang memikirkan sesuatu, dia terlihat cemas seperti itu, apa ada sesuatu?

"Kau masih ajah duduk disini sendiri," ujarku yang menghampiri Safira.

"Kenapa aku harus bertemu dengan mu disini, jangan ganggu waktuku."

"Judesnya, padahal aku menghampirimu untuk menyapa, tapi tidak dapat sapaan balik."

"Hmm," balasan simpel Safira.

"Oiya, aku lihat kamu seperti sedang memikirkan sesuatu. Apa sedang ada masalah yang mengganggu pikiranmu?" tanyaku.

"Iyaa, hari ini aku pergi ke sekolah di antar oleh ibuku dan pada saat di perjalanan aku dan ibuku ngobrol bersama, dan secara tidak sengaja ibuku mengatakan suatu kegiatan yang mengingatkanku dan ibu tentang masa lalu," ujarnya.

Masa lalu? Safira sedang bicara apa sih? Aku tidak paham sama sekali, sesuatu yang mengingatkannya dan ibunya tentang masa lalu? Aku benar-benar tidak mengerti sama sekali apa yang dibicarakan oleh Safira.

"Masa lalu? Apa yang sedang kamu maksud?" tanyaku lagi.

"Iyaa, saat kami sedang membahas cuaca hari ini, tiba-tiba ibu nyeletuk 'Iya, bagusnya cuaca seperti ini adalah ngopi dan duduk santai di teras depan rumah sambil menikmati cuacanya' dan itu adalah kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan ayah saat mereka masih bersama. Aku curiga ibu masih mengharapkan ayah kembali, tapi dia malu untuk mengatakannya," kata Safira sambil memandangku.

"Ibumu bilang seperti itu? Bisa jadi memang kegiatan itu yang dia suka," ujarku.

"Hmm, mungkin."

"Kenapa kamu tidak membuat sesuatu yang membuatnya ingat dengan ayahmu, dengan begitu kamu bisa melihat ekspresi wajahnya, apakah dia benar-benar rindu dengan ayahmu atau tidak," nasihatku.

"Benar juga, malam ini bisa aku coba, apa kamu mau membantuku, Angga?" ajaknya.

"Sebenarnya aku mau membantu tapi, malam ini aku ada jadwal latihan jadi tidak bisa, mungkin lain waktu aku bisa membantumu," jawabku.

"Baiklah, kalau tidak ada kegiatan kamu bisa hubungi aku."

"Baiklah."

Lalu dari belakang, Rehan mengeluarkan suara yang cukup keras, dia ingin bilang kepadaku bahwa waktu 3 menitnya sudah habis, jadi aku harus kembali ke Rehan dan lanjut untuk membeli pulpenku yang tertinggal.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang