Chapter 6 : Pertandingan

9 4 0
                                    

Setelah aku menoleh ke arah belakang, aku terkejut. Wanita yang mendatangi kami berdua adalah Safira, benar-benar tidak terduga. Akupun terkejut melihat Safira berada disini, aku tau ini adalah Cafe milik ibunya. Tetap saja aku terkejut dengan kehadirannya di sini.

"Angga?" ucap Safira yang juga terkejut.

"Safira? Kenapa kamu ada di sini?" tanyaku, sambil terkejut.

"Aku di sini karena orang tuaku sedang ada di sini. Kami berdua ke sini untuk mengecek Cafe, tidak kusangka kamu juga sedang ada di sini."

Jadi gitu, Safira sedang mengecek beberapa cabang Cafe Laboon bersama orang tuanya. Akupun tidak menyangka akan bertemunya di sini, mungkin ini hanya kebetulan saja bagi kami. Dan kenapa Safira menjadi pelayan di sini?

"Ohh jadi kamu, yang namanya Safira. Salam kenal aku Melani, teman sekelasnya Angga," saut Melani, sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Wuohh, Melani cepat sekali kalau soal orang baru. Ini pertama kalinya Melani bertemu dengan Safira, dia mungkin saat menguping pembicaraanku dengan Rehan hanya tau namanya saja, namun tidak dengan orangnya langsung. Dan harusnya ini pertama kali mereka bertemu.

"Namaku Safira, salam kenal juga. Ngomong-ngomong kalian di sini sedang berpacaran atau bagaimana?" tanya Safira, dengan niat mengejek kami.

Yang benar saja, dia ini baru saja datang dan mengejutkanku dengan kehadiran dirinya, sekarang dia sudah mulai ngejek seperti itu. Aku melihat ke arah Melani, dia kenapa jadi malu-malu gitu, apa dia merasa sangat malu saat di bilang seperti itu oleh Safira.

"Yang benar saja, aku baru saja selesai latihan. Melani ikut denganku ke tempat latihan karena dia penasaran dengan latihan taekwondo, usai latihan kami pergi ke sini," kataku, memejamkan mata sambil memegang kepala.

"Dan juga, kenapa kamu jadi pelayan di sini?" tanyaku.

Aku penasaran kenapa Safira yang datang menerima tamu, bukannya di sini masih ada pelayan yang tidak sedang menghadapi tamu. Dan juga pelayan apa yang menggunakan baju bebas, sedangkan pelayan yang lain menggunakan seragam.

"Em? Tidak. Ini aku hanya mencoba untuk melayani tamu saja, tidak ada alasan khusus aku menjadi pelayan," ujar Safira.

"Kalau begitu apa ada yang ingin kamu pesan, Angga?" tanya Safira, sambil memegang buku dan pulpen.

Safira seperti sudah berubah, saat aku pertama kali bertemu dengannya dia sangat cuek, bahkan tidak mempedulikan di sekitarnya. Sekarang dia seperti sangat terbuka, apa ada sesuatu yang membuatnya jadi seperti ini? Aku penasaran.

"Biar aku yang pesan yaa," saut Melani.

"Baiklah, aku ikut kamu saja."

"Roti bakar ukuran besar 2, dan kentang goreng sedang 1, Em...Angga apa kamu mau minum kopi?" tanya Melani yang sedang memesan pesanan.

Em...kopi yaa? Sepertinya akan enak jika minum kopi setelah latihan lelah seperti ini. Dan juga kata teman taekwondoku kemarin kopi di sini lumayan enak, baiklah. Kalau begitu aku pesan kopinya 1 dengan gula dan susu.

"Iyaa aku pesan kopi, tambah gula dan juga susunya," jawabku.

"Baiklah, kopinya 2 yaa," ujar Melani yang memesan.

"Baiklah akan segera kami siapkan," kata Safira yang menulis pesanan.

Kemudian Safira pergi meninggalkan kami untuk menyiapkan pesanan, Safira benar-benar seperti sudah berubah. Sikapnya tidak seperti biasanya, aku jadi ingin tau kenapa tiba-tiba dia jadi ramah sekali yang biasanya jutek.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang