5.9

7 2 0
                                    

Waktuku tinggal satu jam lagi sebelum berangkat ke rumah Angga, tapi aku masih sibuk memikirkan sesuatu yang akan kubawa ke rumah Angga. Tidak, lebih tepatnya aku ingin memberi sesuatu ke ibunya.

"Jeni, menurutmu apa yang harus aku bawa untuk ibunya Angga?" tanyaku ke Jeni dengan serius.

Aku mencoba bertanya kepada Jeni, karena Jeni terkadang memberi saran yang bagus kepadaku saat aku sudah mulai bingung. Hadiah yang cocok untuk seorang ibu, kira-kira apa yaa, apa yang ibu rumah tangga suka.

"Kalau untuk seorang ibu yang mengurus rumah, biasanya sesuatu yang sederhana," jawab Jeni dengan tenang.

Sesuatu yang sederhana, apa yang sesuatu yang sederhana. Ucapan selamat? Kue manis mungil? Pelukan dari calon mantu? Tidak, tidak. Aku malah jadi tambah binngung karena memikirkan hadiah yang sederhana untuk ibunya Angga.

"Apa kamu tau sesuatu yang sederhana?" tanyaku lagi.

Jeni yang menyarankan untuk memberi hadiah yang sederhana, karena aku bingung hadiah apa, jadi aku bertanya lagi kepada Jeni. Aku pikir karena Jeni yang menyarankan ini, jadi Jeni tau hadiah sederhana untuk ibunya Angga.

"Apa yaa? Aku juga bingung hadiahnya apa," jawab Jeni, dengan tenang.

Dia ini, dia yang menyarankan hadiah sederhana, tapi saat aku tanya kepadanya, dia sendiri tidak tau hadiah apa yang sederhana, dan dapat di terima oleh ibunya Angga. Mungkin makanan cukup sederhana, banyak sekali penjual makanan keluarga di pinggir jalan.

"Hadeh, kau ini. Tapi aku punya ide, aku berfikir untuk memberi makanan keluarga kepadanya, bagaimana?" saranku.

Aku berfikir makanan sederhana, karena menurutku itu adalah hadiah yang sangat sederhana, dan juga bisa dimakan untuk anggota keluarga lainnya. Aku memberi saranku kepada Jeni tentang makanan keluarga, makanan keluarga kebanyakan adalah kue.

"Makanan keluarga ya? Aku rasa itu cukup bagus, jadi nona akan membeli makanan keluarga, tapi di mana?" tanya Jeni.

Tempat paling enak yang menjual makanan seperti itu aku tau, karena dulu saat kecil aku pernah pergi bersama ibu ke toko itu dan membeli salah satu makanan di sana. Saat aku mencobanya makanan di sana benar-benar sangat lezat.

"Tenang saja, aku tau di mana tempat yang menjual itu. Dan lagi, rasanya sangat lezat. Mungkin jika kamu mencoba rasanya, kamu akan ketagihan," kataku, sambil menunjukan jari telunjuk.

Aku sudah memutuskan untuk membeli makanan untuk ibunya Angga bahkan juga untuk keluarganya. Jadi sekarang lebih baik kita berangkat, karena kita akan mampir ke toko makanan yang sering aku kunjungi bersama ibuku, walaupun saat itu aku masih sangat kecil, tapi aku mengingat tempatnya dan juga rasanya.

"Jeni siapkan kendaraan sekarang, kita akan pergi ke toko makanan itu, jadi aku mau segera siapkan. Aku mau mempersiapkan diri terlebih dahulu."

"Baik nona," jawab Jeni, sambil menundukan kepala.

Aku langsung pergi ke kamar untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat, karena aku akan bertemu dengan ibunya Angga, bahkan mungkin dengan seluruh anggota keluarganya. Karena sekarang adalah hari minggu, pasti yang lain sedang ada di rumah. Tapi ayahku masih sibuk dengan pekerjaannya, aku juga merindukan ayah.

Tangan ku segera membuka lemari dan melihat baju apa yang akan aku kenakan, tapi aku sedikit bingung untuk memilih baju, karena aku nanti hanya menonton nya latihan. Aku melihat baju-bajuku, memilih yang cocok untuk di kenakan.

Mungkin baju yang simple dan tidak perlu formal, aku mengambil kaos lengan pendek dan jaket panjang. Karena sekarang sore menjelang malam, pasti akan dingin nanti malam, jadi aku menggunakan kaos lengan pendek dan juga jaket yang sedikit tebal.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang