5.11

5 1 0
                                    

Saat aku keluar benar saja, hampir semua pandangan mengarahku yang keluar dari mobil mewahnya Melani. Melanipun juga keluar dari mobil, dan mereka semakin terkejut saat Melani juga keluar dari mobil. Kemudian aku dan Melani pergi kedalam, dan di saat bersamaan, salah satu temanku menghampiri kami yaitu namanya Sabin.

"Sepertinya ada sebuah pasangan yang datang ke sini," ujar Sabin yang mengejekku.

"Apa kau bisa tutup mulutmu, dia bukan pacarku. Dia hanya temanku yang ingin melihat bagaimana latihan taekwondo," balasku dari ejekannya.

"Iyaa iyaa." Sabin mendekati mulutnya ke telingaku dan berkata dengan berbisik. "Dia cantik dan juga elegan, bisa tidak kau bantu aku mendekatinya. Kau kan temannya bukan?" kata Sabin yang berbisik di kupingku.

"Berusahalah sendiri tanpa bantuan orang lain untuk masalah seperti ini, bodoh," balasku.

Kemudian aku masuk ke dalam bersama Melani. "Melani ayuk masuk ke dalam," sautku. Aku masuk ke dalam meninggalkan Sabin di situ, memangnya enak terkena balasanku seperti tadi. Aku tau kau tidak akan menyerah untuk mengejekku, jadi aku akan balas saat kau mengejekku.

"Sombong sekali dia ini, pasti akan kubalas," gumam Sabin saat Angga masuk ke dalam bersama Melani.

Aku segera mengganti bajuku untuk latihan, aku bilang kepada Melani untuk melihat dari kursi penonton saja. Jeni tidak ikut ke dalam, dia bilang akan menunggu saja di mobil. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Melani

***

Angga menyuruhku untuk menunggunya dan melihat latihan dari kursi penonton, ternyata keluarga dari para peserta latihan juga ada yang datang untuk melihat latihan. Kalau begitu aku yang menjadi perwakilan penonton untuk Angga.

"Kamu sendiri ajah, apa kamu pacarnya Angga?" saut seseorang yang mendekatiku.

Dia adalah orang yang tadi ngeledek Angga saat di depan, kalau aku lihat dia sepertinya sama seperti aku dan Angga, sama-sama sepantaran. Aku bahkan bisa melihat bentuk badannya yang seorang atlet. Tapi menurutku Angga tidak kalah, karena dia adalah Rajaku.

"Tidak, aku temannya Angga."

"Oiya namaku Sabin, salam kenal. Kamu ke sini untuk menemaninya latihan atau apa?" tanya Sabin sambil mengankat tangan kanannya di pinggul.

"Iyaa, aku ingin melihat bagaimana latihan rutin Angga, dan juga katanya ini hari terakhir untuk latihan rutin."

Dia ini mau ngapain sih, pertanyaannya apakah sepenting itu baginya. Aku hanya ingin melihat latihan rutinnya Angga, dan juga ingin dekat dengannya. Aku selalu ingin berada di sampingnya, mendampinginya kemanapun itu.

"Kau tau, Angga adalah rivalku. Aku selalu bersaing dengannya dalam memperoleh mendali terbanyak. Sekarang aku dan Angga sama-sama memilik mendali 15 emas, 5 perak, 3 perunggu. Dan untuk pertandingan kali ini kami bersaing untuk siapa yang akan mendapatkan emas," kata Sabin dengan percaya diri yang begitu tinggi.

Jadi dia rivalnya Angga dalam memperoleh prestasi terbanyak, aku sangat senang Angga begitu peduli dengan prestasinya. Aku jadi semakin menyukainya, aku juga harus menjadi yang terbaik untuk Angga, agar Angga menyukaiku.

"Aku turut senang Angga belomba-lomba untuk prestasinya," balasku.

Tidak lama dari kami sedang berbicara, Angga yang sudah selesai mengganti bajunya keluar dari kamar mandi. Aku begitu kagum dengan bentuk tubuh Angga, dia mengenakan baju lengan pendek yang sedikit ketat dan celana pendek hitam. Dia terlihat sangat keren. Wajahku mulai memerah saat melihat Angga yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang