5.3

4 1 0
                                    

Jadi sebelum Angga pulang aku harus pergi ke parkiran terlebih dahulu. Aku sudah menulis ucapan nya di kertas kecil dan langsung pergi ke parkiran sekolah lewat gerbang belakang, karena gerbang belakang di buka hanya pada saat pulang sekolah saja, jika saat pagi semua murid wajib melewati gerbang depan.

Saat aku pergi menuju parkiran, aku melihat Rehan sedang jalan berdua bersama dengan wanita yang Angga ajak jalan waktu itu di alun-alun. Mereka berdua sedang ngapain yaa, kenapa wanita itu bisa bersama dengan Rehan? Aku tidak tau. Tapi aku harus cepat ke parkiran, tadi Angga di kelas sudah siap-siap rapih ingin pulang.

Akupun sampai di parkiran sekolah, lewat gerbang belakang yang di buka hanya pada saat waktu pulang. Aku mencari sepedah Angga dari sekian banyak motor yang parkir, dan aku melihat ada sepedah di bagian pojokan parkiran. Ternyata dia seorang saja yang membawa sepedah ke sekolah, aku langsung berlari menuju sepedahnya.

Sepedah dia cukup bagus juga, mungkin karena ini dia suka naik sepedah ke sekolah, lagi pula dia juga adalah seorang atlet yang selalu mengandalkan kaki nya untuk bertarung. Kertas ucapan sudah berada di genggaman ku, namun aku bingung bagaimana menaruhnya. Sepedah dia bukanlah tipe yang memiliki keranjang, aku harus berfikir bagaimana menaruh surat ucapan ini.

Aku melihat bentuk tempat duduk sepedahnya Angga, bentuknya gepeng dan bila di taruh barang kecil di atasnya, barang itu tidak akan jatuh dengan mudah. Itu akan bagus bila aku menaruhnya di atas tempat duduk sepedahnya, namun masalahnya yang akan aku taruh adalah sebuah kertas kecil. Jika kertas itu di taruh di atas situ, mungkin kertas ini akan terbang terbawa angin yang berhembus.

Aku mencari solusi lagi bagaimana caranya kertas ini tidak jatuh dari atas situ bila terkena angin. Aku mencari cara dengan melihat ke kanan, kiri dan juga bawah. Namun ketika pandangan ku ke bawah, aku melihat ada batu kecil. Sepintas aku memiliki ide untuk menaruh batu itu tepat di atas kertas ucapan, jadi kertas itu tidak akan terbang bila ada angin yang berhembus.

Aku mengambil batu itu dengan tangan kiri ku, kemudian menaruh kertas ucapan ini di atas tempat duduk sepedah Angga, lalu menimpanya dengan batu kecil agar tidak jatuh dari sana. Dengan begini selesai, jadi aku tidak perlu khawatir kertas ini akan terjatuh dari atas tempat duduk. Aku harus segera pergi dari sini sebelum Angga sampai sini, jangan sampai Angga melihat ku disini dan dekat dengan sepedahnya.

Aku langsung berlari dari tempat parkiran untuk menjauh. Saat aku ingin mengambil tas di kelas, aku melihat Angga sudah turun dari kelas dan sedang berjalan menuju parkiran melewati gerbang belakang. Sementara itu aku membuntuti dia terlebih dahulu sebelum pergi ke kelas untuk mengambil tas.

Aku mengikutinya, aku tidak tau apakah dia menyadari kehadiran ku disini, aku harap tidak. Disaat aku mengikutinya dari belakang, tiba-tiba dia berhenti dari jalannya dan melihat Rehan bersama dengan wanita yang bersama Angga saat di alun-alun.

Wajah Angga tidak terlihat bagus saat melihat pemandangan itu, aku memperhatikannya dari belakang dan melihat wajahnya. Tapi dia tidak menghampiri Rehan, melainkan dia melanjutkan jalanya menuju parkiran, akupun juga langsung lanjut jalan untuk mengikutinya.

Akhirnya sampai juga di parkiran. Angga menyadari ada sebuah kertas di atas tempat duduk sepedahnya, sepertinya dia penasaran dengan kertas itu. Angga pun membuka kertas ucapan semangat dari ku dan membaca isinya, aku melihat ada senyuman kecil dari mulutnya saat membaca isinya.

Hati ku terasa berbunga-bunga saat melihatnya, tapi sayangnya dia tidak tau siapa yang mengirim itu. Tidak apalah, aku juga belum berani mengatakan perasaanku padanya, jadi sekarang lebih bagus diam-diam saja sampai waktunya tiba. Setelah melihat itu aku langsung pergi dari situ dan menuju ke kelas dengan keadaan hati yang begitu senang.

Cinta Yang TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang