Nia dan Renata mengangkat kepalanya dari depan layar komputer mereka masing-masing ketika mendengar suara anak kecil yang berlari di lorong ruangan mereka. Renata melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar 3 tahun yang sedang berlari sambil tertawa yang dibelakangnya diikuti seorang wanita yang sepertinya adalah pengasuhnya, yang memakai seragam khas baby sitter berwarna biru muda membawa tas di punggungnya.
Setelah berhasil menangkap anak laki-laki tersebut dan mengangkatnya ke dalam gendongannya, sang perawat kemudian menganggukan kepalanya kepada Nia dan Renata yang duduk di depannya ketika Ia sudah sampai di depan ruangan Renjaka.
Nia langsung berdiri dari kursinya kemudian berjalan menghampiri sang perawat dan anak laki-laki di gendongannya. "Hai, Rendra.." sapa Nia pada bocah kecil tersebut yang disambut dengan tawa manisnya.
Nia lalu mengambil Rendra dari gendongan perawatnya dan membawanya duduk kembali ke kursinya. Sang perawat kemudian berjalan menuju kursi tamu yang tidak jauh dari meja Nia dan Renata. Renata lalu beralih menghadap Nia kemudian menyapa anak laki-laki yang kini sedang duduk di atas pangkuan Nia, "Halo, anak ganteng. Siapa nih?"
"Eh, lo belom kenal ya, Ren? Ini Rendra, anaknya Pak Renja" Nia menyebutkan nama anak laki-laki tersebut.
Senyuman lebar terpasang di wajah Renata ketika Ia teringat bahwa anak ini adalah anak yang sama yang ditemuinya di mall beberapa waktu lalu dengan Renjaka, pantas saja saat melihatnya daritadi, Ia merasa bahwa Ia pernah bertemu dengannya. "Oh, iya gue inget. Pernah ketemu sama Rendra di mall waktu itu sama Pak Renja"
"Bu Adelia dan Bu Saras lagi gak ada di rumah ya, Mbak?" tanya Nia kepada perawat Rendra yang sedang menyiapkan makan siang untuk Rendra.
Suster itu mengangguk, "Lagi ada acara masing-masing, Bu, makanya tadi setelah dari rumah sakit, Rendra ikut Bapak ke sini"
Nia mengangguk mendengar penjelasan suster Rendra. Renjaka memang tadi mengabarkan kepada mereka berdua bahwa pagi ini ia akan telat datang ke kantor karena harus mengantarkan Rendra untuk melakukan vaksinasi di salah satu rumah sakit. Sepertinya Renjaka langsung mendatangi meeting yang sudah dijadwalkan hari ini setibanya Ia di kantor dan membiarkan Rendra dan perawatnya menunggu di ruangannya seperti biasa apabila Rendra terpaksa harus dibawa olehnya ke kantor, seperti saat ini.
"Ni, mau gue yang pangku aja gak, Rendra nya? Perut lo nanti keteken?" tanya Renata ketika melihat Rendra yang tampak aktif bergerak di atas pangkuan Nia.
"Gak apa-apa sebenernya, Ren. Gak neken kok. Tapi boleh biar lo sekalian kenalan sama Rendra" Nia memutar bangkunya menghadap ke Renata agar Renata bisa mengambil alih Rendra di pangkuannya, namun baru Renata mengulurkan tangannya, Rendra sudah meringkuk dalam pelukan Nia seolah menolak ajakan Renata.
Nia tertawa melihatnya, "Rendra memang anaknya agak pemalu kalau belum kenal, Ren. Gak apa-apa ya, namanya juga anak kecil" Nia meminta pemakluman dari Renata.
Renata tertawa, "Ya gak apa-apa lah, Ni. Namanya juga anak-anak" Renata lalu mengusap pelan kepala Rendra yang kini sudah kembali asik mengetik asal di atas keyboard komputer Nia.
"Ni, kok Rendra sampe ikut Pak Renja ke kantor sih? Emang istrinya Pak Renja ke mana?" tanya Renata sambil melanjutkan menyelesaikan laporan yang tadi sedang dikerjakannya.
"Lo belom tau ya, Ren?" tanya Nia.
"Tahu apa?" Renata mengangkat kedua alisnya menatap Nia dengan wajah bingung.
"Ibunya Rendra meninggal setelah ngelahirin Rendra" Nia menjelaskan dengan suara pelan.
Renata hanya diam, menatap Nia dengan tatapan terkejut mendengar jawaban Nia. Mulutnya masih menganga lebar karena sangat kaget dengan hal tersebut. Nia yang melihat keterkejutan Renata kemudian menepuk pipi wanita itu pelan sambil tertawa kecil, "Heh malah mangap"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
Lãng mạnKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...