Bisa dibaca dulu part sebelumnya kalau misalnya lupa ya hehe
enjoy~
---
"Mungkin itu maksudnya mau minta lo jadi babysitter nya Rendra kali, Ren" komentar Mina begitu Renata selesai menceritakan tentang kejadian di sekolah Rendra beberapa waktu lalu.
Renata melempar bantal yang ada di dekatnya tepat mengenai muka Mina yang membuat temannya itu tergelak.
"Ya lo mau mikir kepedean kalo bos lo itu naksir lo dan pengen jadi Ibu dari anaknya?" tanya Mina.
Renata mengedikkan bahunya, "Kalau lo jadi gue, apa lo gak langsung kepikiran ke sana ketika dia ngomong begitu, Min?"
Mina menghela nafasnya pelan, "Ya iya juga sih"
"Kalo dia keseringan ngomong yang nyerempet-nyerempet begitu, gue kan bisa jadi berharap juga, Min"
"Lo naksir sama bos lo?"
"Sekarang sih, nggak. Gak tau nanti sore" Renata malah bercanda menanggapi pertanyaan serius Mina.
"Ren, gue bukan mau ngatur perasaan lo ya, tapi lo harus waspada sama perasaan lo sendiri. Jangan sampe berkembang harapan padahal bos lo gak ada niat buat ke situ sama sekali." Mina mengingatkan.
"I know..."
"Gue cuma gak mau aja liat lo nangis-nangis lagi kaya waktu diputusin Sultan"
"Beda perkara lah"
"Ya sama aja. Sama-sama patah hati. Kali ini malah mungkin lebih ngenes, Ren, karena lo patah hati sendirian"
Renata meresapi perkataan Mina. Tidak salah sahabatnya berkata seperti itu karena memang tidak ada pertanda sama sekali kalau Renjaka menyimpan perasaan lebih kepadanya. Kemarin mungkin Renjaka hanya benar-benar berterima kasih dan merasa terbantu karena Renata sudah berhasil menenangkan anaknya. Bukan berarti Renjaka melihatnya sebagai seorang wanita yang lebih dari sekedar hanya sekretarisnya.
Renata harus bisa menahan perasaannya sendiri. Luka patah hati yang disebabkan oleh Sultan belum sembuh sepenuhnya. Mungkin karena itu juga Renata lebih gampang terlena saat ada laki-laki yang tampak memberikan perhatian lebih kepadanya. Ia juga berusaha mengingat perkataan Nia bahwa Renjaka memang atasan yang juga sangat perhatian kepada bawahannya.
"Ren, gue bukannya mematahkan harapan lo ya. Kemungkinan itu pasti ada. Tapi gue gak mau lo mengembangkan harapan itu sebelum bisa bener-bener jelas, kalau Renjaka ini beneran ada rasa lebih sama lo. Lo harus bisa kontrol perasaan lo sendiri"
"Iya, Min, gue paham kok. Thanks udah ngingetin"
"Traktir bakso dong kalo gitu" pinta Mina yang mendapat delikan dari Renata.
***
"Kenapa nggak langsung lo nikahin aja sih, Mas?" tanya Adelia yang langsung mendapat pelototan tajam dari Renjaka yang sedang duduk di samping Rendra yang asyik bermain.
"Kalo nanya tuh bisa dipikir dulu ngga, baru diomongin?" balas Renjaka tajam yang membuat Alida tertawa.
"Mas, baru kali ini gue denger ada perempuan selain gue dan Mama yang bisa tenangin Rendra, bahkan Mbak Sus-nya Rendra aja kadang nyerah kalo Rendra lagi kambuh"
Renjaka sudah menceritakan apa yang terjadi di sekolah Rendra kemarin. Mengenai Renata yang ternyata mampu menenangkan Rendra yang bahkan tidak bisa ditenangkan oleh Renjaka saat itu. Rendra adalah tipikal anak yang pendiam, tidak mudah dekat dengan orang lain. Dan hal ini menjadikan kejadian kemarin menjadi suatu hal yang mengejutkan bagi Adelia, kalau ternyata Rendra justru bisa ditenangkan oleh Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomanceKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...