Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore ketika handphone Renata bergetar dan menampilkan nama Ibunya di layar. Renata tersenyum lalu mengangkat telepon tersebut, "Assalamualaikum, Ibu"
Terdengar suara wanita di seberang sana yang Alida kenali bukan sebagai suara Ibunya, "Waalaikumsalam, Ata" ujar suara itu menjawab salam Renata.
Renata mengernyit bingung, "Bi Yani?" tanya Renata memastikan.
"Iya, Ata, ini Bi Yani"
"Ibu kemana, Bi? Kok Bi Yani telepon pake hape Ibu?" tanya Renata dengan nada sedikit panik. Ia sudah membayangkan terjadi sesuatu yang tidak baik dengan Ibunya.
"Ata, Bi Yani lagi di rumah sakit..." Renata langsung memotong perkataan wanita itu, "Siapa yang sakit, Bi?" tanya Renata dengan nada tinggi yang membuat Nia ikut memperhatikannya dengan wajah khawatir.
"Ibu tadi pingsan di restoran, Ta. Langsung dibawa ke rumah sakit, sekarang sudah di ruang rawat, sudah diinfus juga. Kata dokternya gak apa-apa cuma agak kecapean aja"
Renata terduduk lemas di bangkunya mendengar penjelasan Bi Yani yang merupakan asisten kepercayaan Ibunya di restoran. Nia yang memperhatikan tingkah Renata langsung mendekatkan bangkunya kepada Renata dan dilihatnya setitik air mata di ujung mata wanita itu.
"Bi, Ata titip jagain Ibu dulu, ya. Ata sekarang ke Bandung otw"
Setelah menutup teleponnya, Renata langsung membereskan peralatan kerjanya dan bersiap untuk berangkat langsung ke Bandung.
Nia yang sedikit-sedikit sudah tahu keadaan Renata karena mendengar percakapan Renata di telepon tadi, ikut membantu membereskan meja kerja Renata, "Mau langsung ke Bandung, Ren?"
Renata mengangguk, "Iya, Ni. Nyokap gue dirawat di RS. Gue titip ijin ke Pak Renjaka ya, kayanya tadi masih confference call."
Nia mengangguk, "Naik apa?"
"Gue lagi coba telepon travel langganan. Gue gak berani bawa mobil sendiri kalo lagi panik begini" terlihat satu titik air mata mulai mengalir di pipinya.
Nia mengusap bahu Renata, "Iya nanti gue ijinin. Lo hati-hati ya. Gak usah panik di jalan, nyokap pasti gak apa-apa"
"Iya, Ni. Makasih ya"
Renata lalu beranjak setelah semua barangnya masuk ke dalam tas dan langsung berlari menuju lift meninggalkan ruangannya.
Tidak berapa lama, Renjaka keluar dari ruangannya. Ketika tidak ditemukannya Renata di mejanya, Ia kemudian bertanya kepada Nia, "Renata kemana, Ni?"
"Renata ijin pulang duluan, Pak. Ibunya sakit di Bandung"
Renjaka tersentak di tempatnya, "Renata ke Bandung? Sama siapa?" tanya Renjaka. Nia melihat kepanikan yang tadi juga ditemuinya di wajah Renata kali ini di wajah Renjaka.
"Sendiri kayanya sih, Pak. Dari kantor langsung ke sana"
"Naik apa?"
"Tadi katanya mau naik travel, Pak"
"Sudah berapa lama perginya?"
"Baru 5 menit yang lalu"
Renjaka masuk ke dalam ruangannya. Ia mengambil kunci mobil pribadinya dan handphone serta tas kecilnya yang berisi kebutuhan kesehariannya kemudian keluar dan berhenti kembali di depan meja Nia.
"Jadwal saya sore ini dan besok pagi apa, Ni?" tanya Renjaka.
"Sore ini sudah tidak ada agenda, Pak. Untuk besok, Bapak baru ada meeting dengan bagian konstruksi jam 2 siang" Nia menjelaskan jadwal Renjaka setelah melihat agendanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomanceKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...