L I M A T U J U H

30.2K 2.2K 23
                                    

bisa baca part sebelumnya dulu ya, biar ga bingung

selamat hari senin

---

Renata yang tadinya tertunduk, kemudian menatap wajah Abi. Kakaknya itu menunjukkan keseriusan, tidak ada maksud bercanda atau menggoda. Renata terdiam kemudian menoleh pada Renjaka yang baru dilihatnya kalau lelaki itu juga sama terkejutnya dengan kata-kata Abi barusan. 

Renata kembali menatap Abi, kemudian menunduk sebentar untuk menahan diri agar tidak menangis saat ini. Renata sebenarnya sudah memprediksi kalau Abi mungkin saja masih tidak akan memberinya ijin, mungkin salah satunya karena status duda Renjaka. Ia sudah mempersiapkan dirinya dengan kemungkinan terburuk itu. Tapi saat benar-benar dihadapkan pada situasinya seperti saat ini, Renata tetap terkejut.

"Aa pasti punya alasan kenapa tidak bisa memberikan restu ke kami berdua kan?" ujar Renata dengan suara sedikit bergetar. 

"Semenjak ayah nggak ada, prioritas Aa tuh cuma Ibu dan Neng, kebahagiaan kalian berdua adalah yang paling penting. Aa pengen Neng dapat yang terbaik dalam setiap hal yang Neng jalanin. Sekolah, kerjaan, bahkan soal pasangan. Itulah kenapa Aa strict sekali sama semua pasangan Neng" Abi berkata sambil melihat adik perempuannya yang kembali tertunduk. 

"Terus sekarang Neng dateng, kenalin ke Aa calonnya Neng yang punya masa lalu, sudah punya anak juga yang harus dia prioritaskan. Mungkin lebih utama daripada Neng. Aa yang selama ini berusaha untuk menjadikan Neng selalu nomor satu, kemudian dihadapkan pada lelaki yang di masa depan akan menggantikan peran dan posisi Aa dalam hidup Neng, tapi ada kemungkinan Neng nggak akan jadi prioritas nomor satunya. Kalau ditanya, apakah Aa rela? Jawabannya akan selalu enggak, Neng"

Renata ingin membantah kakaknya itu, namun saat melihat wajah Abi yang kini terlihat berkaca-kaca, Renata kembali menundukkan kepalanya. Tak lama dapat Renata rasakan tangannya digenggam oleh Renjaka. Ia melihat wajah lelaki itu yang memasang senyum kepadanya. Membuat akhirnya satu air mata menetes di wajah Renata.

Abi kemudian mengalihkan pandangan pada Renjaka yang masih bisa menatapnya dengan tidak ada niatan sedikitpun untuk membantah perkataan laki-laki itu, "Saya merasa punya tanggung jawab yang besar sekali pada Bapak. Menyerahkan Renata kepada laki-laki yang ingin menjadikannya istri rasanya saya perlu mempertimbangkan dan memikirkan banyak hal, 'apakah kalau Bapak yang kamu temui sekarang ini, akan memberikan restunya buat kamu?'"

Renata kali ini mengangkat kepalanya, berusaha untuk bisa berbicara memanggapi Abi, "Aa adalah pengganti sosok Bapak buat Ata selama ini. Ata sadar sekali selama ini Aa selalu yang paling usaha memberikan apapun yang terbaik buat ATa, dan ATa sangat paham sekali keraguan Aa kepada Renjaka tentang niat baiknya. Ata sayang sama Renjaka, tapi Ata lebih menghormati Aa sebagai pengganti Bapak. Jadi, tentang pertanyaan Aa tadi, jawaban Ata adalah, Ata nggak akan menjalani apapun tanpa restu Aa. Karena buat Ata, restu Aa dan Ibu adalah yang nomor satu. Tanpa itu, ATa nggak akan bisa melangkah kemana-mana"

Renjaka kali ini ikut membuka suaranya, "Saya setuju dengan Renata. Maksud saya datang ke sini adalah ingin meminta restu kamu. Kalau memang tidak bisa saya dapatkan, saya tidak akan memaksa. Keberkahan langkah kami adalah apabila kami bisa berjalan bersama dengan restu yang kalian berikan. Saya tidak pernah mau memaksa kalaupun memang saya dirasa tidak mampu untuk mendampingi Renata" 

Renjaka masih memandang Abi, kemudian Ia melanjutkan, "Tapi, sebut saya keras kepala. Saya yang tidak pernah gampang menyerah dan mundur begitu saja ketika keinginan saya tertabrak restu. Maafkan atas keadaan saya yang memiliki masa lalu, saya punya Rendra. Dan saya tidak bisa merubah itu semua. Saya juga tidak menjanjikan akan memberikan kebahagiaan untuk Renata sepanjang hidupnya, karena pasti akan ada satu dua masalah yang akan kami hadapi. Mungkin di masa depan kami akan saling menyakiti, saya yang egois, atau kami yang lelah dengan satu sama lain. Tapi yang saya yakini adalah saya menyayangi Renata dengan sepenuh hati. Besar keinginan saya untuk selalu bisa membahagiakan Renata sepanjang kami hidup bersama nanti. Yang saya harap, Renata juga memiliki keyakinan yang sama. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini nanti sama-sama"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang