T I G A S E M B I L A N

33K 2.4K 12
                                    

Hari sudah menjelang siang ketika Renjaka menyetir mobilnya menuju Bandung bersama Renata yang duduk di sampingnya. Rencana Renjaka untuk menemui Ibu Renata baru terlaksana saat ini karena beberapa kesibukan Renjaka pada hari kerja sehingga Renata mengatakan weekend nya harus dihabiskan dengan Rendra. Jangan sampai Rendra merasa diacuhkan oleh ayahnya. Karena hanya weekend waktu yang dimiliki Renjaka untuk bisa dihabiskan bersama Rendra.

Sehingga rencana untuk ke Bandung pada weekend kali ini, Renata meminta mereka tidak berangkat terlalu pagi, agar Renjaka bisa menghabiskan waktu pagi harinya dengan sarapan bersama Rendra atau apapun itu, baru setelah itu mereka bisa berangkat ke Bandung. Sebenarnya Renjaka memintanya untuk berangkat lebih pagi, agar Renata bisa menghabiskan waktu lebih lama di Bandung bertemu Ibunya. Namun langsung ditolak oleh Renata dengan alasan, "Mas, aku bisa pulang weekend besok untuk spending time sama Ibu. Nggak apa-apa"

"Jadi ini kita ke rumah kamu atau ke restoran, Ta?" tanya Renjaka ketika mobilnya sudah memasuki kawasan Bandung.

"Disuruh ke resto aja sama Ibu, Mas. Sekalian makan siang di sana" jawab Renata memperlihatkan layar chatnya dengan Ibu nya yang mengatakan bahwa mereka diminta datang ke restoran.

"Saya nggak enak sama Ibu. Masa baru dateng langsung disuruh makan. Makanya saya bilang tadi kita berangkat lebih pagi aja"

"Jangan bawel, dan nurut aku aja. Ibu ngerti, Mas"

Renjaka membelokkan mobil di salah satu restoran khas masakan sunda yang ada di pinggir jalan raya Kota Bandung. Setelah memarkirkan mobilnya dan mengambil bingkisan yang dibawanya, diantaranya adalah titipan dari orang tua Renjaka, mereka lalu turun dan masuk ke dalam restoran tersebut. 

Disapa oleh banyak pegawai yang sudah mengenal Renata, wanita itu berjalan sambil. Kemudian Ia menyapa Bi Yani, yang berdiri di belajang meja kasir, "Assalamualaikum, Bi"

Wanita paruh baya yang dipanggil oleh Renata itu kemudian mengangkat kepalanya dan memasang wajah sumringah melihat kehadiran Renata di sana, "Neng... Waalaikumsalam. Baru sampe ya?"

"Iya, Bi. Ibu mana?" tanya Renata dengan senyum yang sama sumringahnya menanyakan keberadaan Ibunya. Pasti wanita itu sedang sibuk di dapur sehingga tidak terlihat di seantero restoran yang saat ini tidak terlalu ramai karena memang jam makan siang sudah lewat.

Bi Yani tertawa, "Biasa, Neng. Kalau ngga ke dapur, nanti ngeluhnya bosen"

Renata hanya bisa menggeleng sambil tertawa, "Minta tolong panggilin ya, Bi. Aku nunggu di saung ya"

Bi Yani mengangguk lalu meninggalkan tempatnya menuju dapur. 

Renata kemudian menggandeng lengan Renjaka dan mengarahkan ke salah satu sudut favoritnya di restoran. Tempat yang selalu Ia pilih apabila ingin makan di restoran yang hari ini sudah dikosongkan oleh Ibu nya khusus untuk menyambut Renata yang akan datang. 

Renjaka tampak memperhatikan suasana restoran milik keluarga Renata ini. Kemudian pandangannya terhenti pada Renata yang sedang memperhatikannya, "Kenapa?" tanya Renjaka dengan senyum geli.

"Kok Mas nggak grogi sih mau ketemu Ibu?"

Renjaka mengacak lembut rambut Renata, "Emang kamu?"

"Curang. Kamu mau ketemu calon mertua loh, masa nggak gugup sama sekali?"

Renjaka menatap Renata menggoda, "Emang anaknya Ibu mau saya ajak nikah?"

Justru malah Renata yang kali ini terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan Renjaka akibat dari pertanyaan sendiri tadi. Renjaka kembali tertawa, kemudian berbisik pelan, "Dalem hati deg-degan banget ini, cuma gak keliatan aja. Mau pegang dada saya biar tahu gimana deg-degannya?" Renjaka baru akan menarik tangan Renata untuk dibawanya ke dadanya, namun Renata lebih dulu berdiri menghindar.

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang