L I M A E M P A T

34.2K 2.5K 22
                                    

Renata berjalan ragu menuju ruangan Renjaka sambil membawa berkas di tangannya. Atasannya meminta Renata untuk kembali meminta tanda tangan di berkas konsorsium seperti beberapa waktu lalu, Ia sempat menolaknya dengan berbagai alasan selain karena Ia tidak mau bertemu dengan Renjaka, tapi ternyata semua tidak berhasil. Jadilah kini Ia melangkah ragu menuju ruangan Renjaka. 

Melihat Nia yang duduk di mejanya, Renata langsung berpikir untuk menitipkannya saja pada Nia dan mengambilnya nanti setelah selesai ditandatangani. 

"Selamat siang, Bu" sapa Renata saat melihat Nia belum menyadari kedatangannya. 

Nia baru akan menjawab, namun ekspresinya langsung berubah ketika melihat siapa yang mendatangi mejanya, "Buk Bos!!!" teriak Nia.

Renata langsung memukul lengan Nia pelan, "Buk Bos, apa sih? Ssssttt!"

Mereka lalu tergelak bersama, setelah sedikit basa-basi, Renata menyerahkan berkas yang menjadi tujuannya datang ke ruangan tersebut, "Ni, titip ini buat ditanda tangan Bapak ya"

Nia mengangguk, "Nggak urgent kan?"

"Nggak sih, Bapak emang lagi sibuk?" tanya Renata yang langsung mendapat tatapan bingung dari Nia. 

"Ren, lo tahu kan kalau Bapak lagi sakit udah 3 hari nggak ngantor?"

Renata langsung terkejut, "Hah? Sakit apa?"

"Lo nggak tahu?"

Renata kemudian terdiam. Nia jelas tidak tahu mengenai kondisi hubungannya dengan Renjaka yang membuat mereka sedang tidak bertukar kabar satu sama lain. 

Nia kemudian malah tersenyum menggodanya, "Oh, lagi berantem ya?"

"Bapak sakit apa, Ni?" Renata kembali bertanya untuk mengalihkan pertanyaan Nia sebelumnya. 

"Katanya sih gejala tipes, Ren." Nia menumpuk berkas yang diberikan Renata di atas beberapa berkas lainnya yang sepertinya juga tertunda karena Renjaka sakit, "Kecapekan deh pasti si Bapak karena kerja terus. Beberapa hari ini lembur parah terus, Ren. Semua dikerjain kayak nggak ada hari esok. Lo pasti juga udah lama gak diapelin kan, karena Bapak juga lembur terus udah beberapa minggu ini"

"Emang ada kerjaan yang deadline apa, Ni?"

"Nggak ada yang mepet deadline sih. Cuma kaya dikerjain sekarang semua sama Bapak, sampe lembur-lembur itu"

"Lo juga ikutan lembur dong?"

Nia menggeleng, "Bapak nyuruh gue pulang duluan terus kalau memang udah nggak ada yang butuh dibantuin. Semingguan ini malah gue pulang duluan terus, Bapak nggak tahu deh pulang jam berapa"

Nia kembali menatap Renata, "Ini lo beneran nggak tahu Bapak sakit? Kok bisa sih?"

Renata menggeleng lalu ingin segera beranjak kembali ke ruangannya, "Ya gitu deh, next time gue ceritain. Gue balik dulu ya"

Renata kemudian berjalan kembali ke ruangannya. Ingin segera menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini agar Ia bisa pulang on time dan mampir ke rumah Renjaka setelah jam kerjanya selesai

***

Renata terdiam di dalam mobilnya menatap rumah bertingkat dua yang ada di sisi kirinya. Renata sudah sampai di depan rumah Renjaka sejak setengah jam yang lalu namun Ia belum juga beranjak turun dari mobilnya. Tiba-tiba langkahnya ragu. Keadaannya dengan Renjaka belum kembali seperti dulu. Mereka masih belum berkomunikasi sebelum ini. Apakah tidak terlalu tiba-tiba kalau Ia datang untuk menjenguk Renjaka hari ini?

Masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba kaca mobilnya diketuk. Ia melihat Adelia yang tersenyum di luar jendela mobilnya. Kemudian menurunkan kaca jendelanya.

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang