Apa salah apabila Renata merasa kebingungan melihat sikap Renjaka yang terasa berbeda 180 derajat dibandingkan saat dia baru pertama kali masuk dulu?
Renata yang sering kali mengeluh pada Nia karena sikap Renjaka yang terkesan ketus dan selalu membuat Renata merasa tidak becus menjalankan pekerjaannya, karena Renjaka selalu memiliki alasan untuk menggalakinya.
Kali ini Renata masih juga ingin mengeluh karena sikap Renjaka. Namun bukan lagi karena keacuhannya pada Renata, tapi karena Renjaka yang kali ini terlihat terlalu perhatian kepadanya.
Renata ingat kalau Nia seringkali mengatakan bahwa Renjaka adalah atasan yang sangat perhatian kepada bawahannya. Tapi kenapa sifat perhatian Renjaka kepada Renata tampak berbeda? Atau Renata saja yang terlalu berlebihan menanggapi sikap Renjaka ini?
Ditambah lagi, bukan sekali dua kali Renata menangkap Jaendra dan Hani, yang adalah sahabat dekat Renjaka tapi juga masih berstatus sebagai atasannya, sibuk menggoda Renjaka apabila Renata juga sedang berada di sekitar mereka. Seperti beberapa saat lalu, saat Jaendra mengatakan bahwa Renjaka perlu mengantar Renata pulang karena sudah malam? Apa perlu? Apa tidak mempertimbangkan perasaan Renata yang langsung panik karena direktur yang mengantarkan sekretarisnya pulang itu bukan hal yang biasa kan?
Atau ini memang hanya pemikiran Renata saja yang berlebihan? Ia terbiasa dengan perhatian Sultan yang dulu sering didapatkannya. Dan saat perhatian yang kurang lebih sama didapatkannya dari Renjaka, pikirannya langsung berjalan ke arah yang tidak-tidak. Seperti misalnya, memang Renjaka yang menaruh perhatian lebih pada Renata.
Renata yang masih asyik memegang gelas berisi asupan kafein paginya itu kemudian menggelengkan kepala dan berupaya mengenyahkan segala pikiran-pikiran aneh tentang sikap baik Renjaka. Renata harus berpikir kalau itu hanyalah salah satu sikap yang diambil Renjaka karena Ia tidak tega melihat wanita yang harus menyetir sendirian di malam hari.
'Tapi kan Bu Hani udah nawarin naik taksi, kenapa masih maksa mau nganter gue pulang sih?' masih sebuh pikiran yang mengganggu Renata.
Pikiran melayangnya sontak berhenti ketika ada yang mengetuk mejanya dan menyadari ada sosok laki-laki yang daritadi memenuhi pikirannya berdiri menjulang di hadapannya, Renata langsung berdiri gugup, "Selamat pagi, Pak"
"Menu sarapan kamu pagi ini, bengong?" tanya Renjaka dengan senyum kecil yang tidak bisa disembunyikan.
Renata yang gugup, spontan merapihkan rambutnya padahal tidak berantakan, "Maaf, Pak"
"Tolong hubungi salah satu staff yang pegang projek Nirwana untuk meeting di ruangan saya. Ingatkan untuk bawa gambar revisi terakhir setelah meeting kemarin" Renjaka lalu masuk ke dalam ruangannya setelah memberikan instruksi kepada Renata.
Renata mengangguk lalu menghubungi staff yang diperintahkan oleh Renjaka. Setelah mendapat jawaban bahwa staff tersebut akan menuju ke ruang Renjaka, dan Renata sudah mengembalikan telepon di atas mejanya, wanita itu menghela nafasnya. Bisa-bisanya Ia memikirkan atasannya memberikan perhatian lebih kepadanya. Sungguh pikiran bawahan yang sangat tidak masuk akal
***
Renata masih berada di kantor sampai pukul 8 malam. Bukan, bukan karena menunggu Renjaka untuk bisa menawarkan pulang bersama lagi seperti beberapa waktu lalu. Tapi memang masih ada beberapa hal yang harus dikerjakannya yang dibutuhkan oleh Renjaka besok pagi.
Justru kali ini Ia berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya itu secara cepat agar Ia bisa segera pamit untuk pulang duluan sebelum Renjaka juga selesai dengan pekerjaannya di ruangannya. Begitu semua file pekerjaan sudah disimpan dan selesai, Renata merapihkan barang-barangnya dan bersiap untuk pamit pada Renjaka untuk pulang duluan. Jangan sampai drama mengantar pulang terjadi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomanceKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...