D U A E N A M

38K 3.1K 36
                                    

Renata sedang merapihkan dokumen di mejanya ketika terdengar suara yang menyapa dari depan mejanya. Ketika Renata mengangkat kepala, dilihatnya sosok laki-laki, atasan yang juga sahabat dari atasan langsungnya, berdiri di depan mejanya sambil sebelah tangannya berada di kantung celananya.

"Renata, belum pulang?" tanya laki-laki itu, Jaendra. Atasannya yang satu ini memang kelewat ramah. 

Renata tersenyum sambil menggeleng, "Belum, Pak. Pak Renja masih meeting sama Bu Hani di dalam" tunjuk Renata pada pintu kaca ruangan bosnya.

"Oh, ada Hani?" tanya Renjaka lagi.

"Iya, Pak"

Sambil mengetuk sekali lalu bersiap mendorong pintu tersebut, Jaendra menoleh lagi pada Renata, "Saya sekalian masuk aja deh. Kamu kalau mau pulang, pulang aja, Ren. Itu paling mereka di dalem ngobrol di luar kerjaan. Nanti saya yang bilang ke Renja"

Renata hanya mengangguk, "Siap, Pak. Makasih"

Begitu memasuki ruangan Renjaka, Jaendra melihat Renjaka sedang duduk di sofa ruangannya. Di depannya, Hani masih membolak-balik lembaran kertas yang sepertinya adalah biodata pegawai sambil berbicara pada Renjaka, "Jadi yang mau lo promosiin buat GM gantinya Pak Zul, si Syahrizal aja nih?"

Renjaka mengangguk, "Iya, kayanya dia yang paling perform diantara yang lain"

"Oke" balas Hani sambil mengangguk dan melanjutkan merapihkan berkas-berkas yang dibawanya. 

Jaendra kemudian duduk di sebelah Hani, di sofa di depan Renjaka duduk, "Udah jam segini masih aja ngobrolin kerjaan"

Hani mendelik, "Kalau gak jam segini, gue gak bakalan bisa ngobrolin urusan HR sama kalian. Pagi sampe sore kerjaannya meeting di mana-mana"

Jaendra dan Renjaka tertawa mendengar keluhan Hani. Tanggung jawab berada di posisi top management membuat Renjaka dan Jaendra tidak hanya bisa diam di tempat mereka. Banyak hal yang harus diurus langsung oleh mereka sehingga mengharuskan mereka tidak berada di ruangan terlalu sering. 

"Lo mau ngapain Jae ke sini? Kerjaan juga kan?" tanya Renjaka mengenai kedatangan Jaendra.

Jaendra mengangguk, "Soal projek Nirwana, gambar udah oke kan dari perencanaan? Kalo udah oke, gue tinggal acc aja biar tim gue bisa gerak"

Renjaka berjalan ke luar ruangan lalu melongok dari sela pintu ruangannya, "Ren, gambar Nirwana yang terakhir tolong diantar ke dalam ya" ujarnya pada Renata.

Begitu kembali ke tempatnya, Jaendra kembali berkata, "Renata masih di luar?"

Renjaka mengangguk, "Masih. Kenapa?"

"Tadi udah gue suruh pulang padahal. Ternyata masih betah aja" jawab Jaendra dengan senyum kecilnya.

Renjaka menatap Jaendra dengan tatapan bertanya, "Kenapa lo yang suruh suruh dia pulang? Kan gue bosnya"

Jaendra tertawa kecil mendengar pertanyaan Renjaka, kemudian menoleh pada Hani yang masih ada di sampingnya yang juga ikut tertawa, "Posesif banget, Han, temen lo sama sekretarisnya"

"Posesif apaan sih?" tanya Renjaka galak.

Jaendra bersandar sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya, "Ya kan gue cuma nyuruh Renata pulang. Lagian ini udah selesai jam kantor juga. Kasian loh kalo dia disuruh lembur nanti dia bawa mobil sendiri. Dia kan gak kaya Nia yang kalo lembur bisa dijemput pacarnya, Ja"

Renjaka terdiam mendengar penjelasan Jaendra. Ia memang tidak pernah meminta Renata untuk tinggal di kantor sampai malam hari. Namun biasanya Renata memang tidak pernah pulang duluan, sebelum Ia juga meninggalkan kantor. Memang terkadang Renjaka membutuhkan Renata untuk meminta atau menyiapkan laporan atau hal lainnya terkait pekerjaan.

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang