Sudah tiga jam berlalu dari jam pulang kerja seharusnya saat Renata melihat layar penunjuk waktu di pojok kanan komputernya. Wanita itu kemudian beranjak dari kursinya sambil membawa bingkisan makanan lalu berjalan menuju ruangan Renjaka. Setelah mengetuk pelan, Renata kemudian membuka pintu ruangannya dan melihat sang bos masih sibuk membolak-balik lembar tumpukan laporan yang ada di depannya.
Renata meletakkan bungkusan itu kemudian berdiri di depan meja Renjaka. Renjaka mengehentikan aktivitasnya kemudian mengalihkan tatapannya kepada bungkusan yang diletakkan oleh Renata lalu menatap Renata dengan tatapan bingung.
"Apa masih ada hal yang perlu saya kerjakan, Pak?" tanya Renata dengan senyum terpasang di wajahnya.
Renjaka sedikit berpikir lalu menggeleng, "Sepertinya gak ada"
Renata mengangguk, "Kalau begitu saya pamit pulang duluan, Pak"
"Sebentar" suara Renjaka menahan langkah Renata, "Ini apa?" tanya Renjaka menunjuk bungkusan yang tadi diberikan Renata.
"Makan malam Bapak"
Renjaka mengernyit bingung, "Saya nggak minta"
"Saya yang inisiatif beliin, Pak, karena saya lihat Bapak belum berniat pulang sampai jam segini dan Bapak belum makan apapun selain makan siang tadi"
Ketika melihat Renjaka hanya diam, Renata kembali melanjutkan, "Kalau Bapak gak mau makan, bisa saya kasihkan ke security yang nunggu di bawah, Pak"
Renata baru hendak melangkah untuk mengambil bungkusan makanannya, ketika Renjaka sudah lebih dulu mengambilnya, "Saya makan"
Renata tertawa kecil mendengar perkataan Renjaka, kemudian Ia kembali memundurkan langkahnya, "Saya pamit kalau begitu, Pak. Lebih baik setelah makan malam, Bapak pulang saja. Rendra nunggu Bapak di rumah"
Tanpa menunggu balasan dari Renjaka, Renata sudah menghilang di balik pintu ruangan atasannya.
***
Renjaka baru sampai ke kantornya pukul 11 siang ini karena sebelumnya ada urusan di rumah terkait Rendra yang tidak bisa Ia tinggalkan. Adelia sedang ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal sehingga mau tidak mau Renjaka harus turun tangan sendiri menyelesaikannya.
Ketika sampai di depan ruangannya, dilihatnya meja sekretarisnya kosong. Nia memang sudah ijin untuk mengambil cuti hari ini karena harus memeriksakan rutin kandungannya. Tapi kemana Renata?
Beberapa saat setelahnya, ketika Ia ingin mengambil berkas yang diperlukannya di meja sekretarisnya, dilihatnya Renata sedang berjalan ke arah ruangannya, sambil tertawa entah membicarakan apa, dengan Jaendra.
Renjaka mengepalkan tangan di samping tubuhnya melihat kedua orang tersebut yang sepertinya belum menyadari kehadirannya. Ketika tawa mereka sudah berhenti dan melihat Renjaka yang tampak memperhatikannya dari depan meja, Renata sedikit berlari kecil mendatangi Renjaka, "Saya baru pulang mendampingi Pak Jaendra menghadiri meeting dengan Mezanine sesuai instruksi Bapak tadi pagi. Ada yang dibutuhkan, Pak?" tanya Renata dengan senyum terpasang di wajahnya.
Namun, berbeda dengan ekspresi yang terpasang di wajah Renata, Renjaka terlihat tidak sedang dalam mood baiknya. 'Oke, apalagi hari ini?' tanya Renata dalam hati, semakin terbiasa dengan mood Renjaka yang berubah-ubah dalam waktu cepat.
"Siapkan minutes meeting nya, bawa ke ruangan saya" ujar Renjaka kemudian masuk ke dalam ruangannya.
Renata kemudian mengalihkan pandangannya kepada Jaendra yang sama bingungnya dengan dirinya, "Abis ngapain sih dia tadi pagi?" tanya Jaendra pada Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomansaKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...