"RAHMANIA!" Seorang wanita berteriak lumayan keras dari jarak yang cukup jauh ketika melihat wanita lainnya yang bernama Rahmania itu sedang berdiri merapihkan beberapa berkas di mejanya.
Wanita yang dipanggil sontak terkejut karena suara wanita yang memanggilnya memang lumayan keras, ditambah lagi ruangan kerja mereka sepi karena hanya berisi dua pasang meja di depan sebuah ruangan berpintu kaca.
Renata berjalan cepat mendatangi mejanya dengan wajah sumringah, mendatangi Nia yang hari ini sudah resmi kembali ke kantor. Begitu sampai di mejanya, Renata langsung memeluk Nia dengan erat, "Welcome back, Mama Nia!" ujar Renata yang dibalas dengan tawa oleh Nia sambil memeluk balik partner sekretarisnya itu.
"Sepi banget kantor nggak ada lo, Ni" Renata sudah melepas pelukannya dan kini sedang meletakkan tasnya di mejanya, "Ruangan segede ini sunyi banget kalo cuma sendirian"
Nia tertawa, "Kebayang yee, 5 tahun gue kerja di tempat sunyi begini ngurusin Bapak. Makanya kalo ada orang atau tamunya Bapak yang dateng suka gua ajak ngobrol, tapi kayanya mereka pada takut dan pengen buru-buru pergi kalau urusannya udah selesai di sini"
Renata tertawa sambil mengangguk, membenarkan perkataan Nia, "Untungnya juga kita sering diajak Bapak nemenin meeting di mana-mana. Jadi nggak kesepian tiap hari" membuat tawa di antara mereka pecah lagi.
Tidak berapa lama, Renjaka tiba di depan ruangannya dan menyapa Nia, namun tentu tidak seheboh Renata menyapanya, "Welcome back, Nia. Sudah siap kerja lagi?"
Nia tertawa, "Siap, Pak"
"Anak kamu sudah bisa apa?" tanya Renjaka sambil bersandar di dekat pintu ruangannya. Walaupun pertanyaannya ditujukan untuk Nia, namun matanya sesekali melirik wanita di samping Nia, yang entah kenapa sedari tadi tampak menghindar menatapnya.
"Baru bisa guling kanan kiri aja, Pak. Belum bisa disuruh beli galon di alfamart" seloroh Nia bercanda membuat tawa kembali pecah di antara mereka, "Oh iya, terima kasih kadonya kemarin, Pak. Saya sampai belum sempet ngucapin makasih ke Bapak karena ngurusin bayi. Maaf telat, Pak"
Renjaka tersenyum kecil, "It's oke. Semoga bermanfaat ya"
"Sangat bermanfaat, Pak"
Renjaka mengangguk, sebelum masuk ke ruangannya, Ia kembali berkata kepada dua sekretarisnya, "Tolong, bawakan saya kopi ke dalam ya" kemudian Renjaka masuk ke dalam ruangannya sebelum dua sekretarisnya itu menjawab.
Nia kembali duduk di tempatnya, kemudian melirik Renata yang tampak sibuk entah membereskan berkas apa di mejanya, "Ren, masuk dulu laporin jadwal dan bawain Bapak kopi ya. Abis itu lo briefing gue, ada kerjaan apa aja yang gue ketinggalan. Gue masih belum tune in banget juga nih, ditinggal 3 bulan"
Renata langsung gelagapan, "Eh, gue nih?"
Nia tertawa melihat Renata yang tampak bingung, "Iya lah, ini kan ceritanya lo yang jadi senior, gue jadi junior lagi"
"Apa deh senior junior, emang kuliah?"
"Yaudah, buruan. Itu ditungguin Bapak kopinya, Bapak ada jadwal rapat pagi nggak?"
Renata mengambil iPad dan memperhatikan jadwal Renjaka untuk hari ini, "Meeting jam 10 soal projek Adhistana"
Nia tampak bingung, yang langsung dijelaskan oleh Renata, "Projek baru apartemen blok G. Setelah kemarin launching, langsung mau bikin apartemen lagi. Bikin apartemen udah kaya bikin kue putu aja nih kantor"
Nia tertawa sambil memukul pelan lengan Renata, "Kalo nggak ada yang dijual, kita juga nggak digaji, Ren"
"Oh iya bener sih. Yaudah gue mau ke pantry dulu bikin kopi. Terus masuk ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomanceKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...