Nia:
Ren, gue hari ini ijin ya, mabok parah dari kemarin belum sembuh. Gue udah ijin juga sama Bapak. Semua jadwal dan laporan udah ada di meja gue, tinggal lo submit dan report ke Pak Renjaka aja ya. Thank you, Ren
Begitulah isi pesan yang masuk ke handphone Renata pagi ini. Belum selesai dengan urusan patah hatinya, Renata sudah harus menghadapi bosnya yang selalu moody ini sendirian tanpa didampingi Nia untuk berbagi keluh kesahnya.
Renata menghela nafas panjang. Mengambil laporan yang ada di atas meja Nia, Renata mempersiapkan dirinya untuk pelaporan awal menghadap atasannya itu. 'Semoga mood Bapak baik hari ini, gak bikin mood gue tambah berantakan' harap Renata dalam hati. Ia kemudian berjalan ke arah pintu ruangan atasannya dan mendorong pintu tersebut setelah mengetuknya pelan dan mendengar jawaban 'Masuk' dari Renjaka.
Renjaka yang melihat Renata berjalan ke arahnya langsung menegakkan badannya. Ia sudah mendapat pesan dari Nia bahwa sekretarisnya akan absen hari ini. Otomatis semua pekerjaan akan dilakukan oleh Renata hari ini. Sudah sebulan Renata berada di sekelilingnya selama jam kerja, namun Renjaka masih saja tidak nyaman dengan keberadaannya.
Renata memasang senyum lebarnya, berusaha untuk menghilangkan sementara mood patah hatinya karena Sultan kemarin. Ia lalu menyerahkan beberapa laporan yang perlu diperiksa dan ditandatangni oleh Renjaka, "Ini laporan progres projek yang diberikan team leader Pak, dan ada beberapa surat dan proposal yang perlu Bapak periksa dan tanda tangani"
Renjaka hanya mengangguk lalu mulai membuka satu persatu laporan yang diberikan oleh Renata. Selama beberapa saat, mereka berdua hanya berdiam diri di ruang tersebut. Renata hanya memperhatikan Renjaka yang sudah mulai sibuk memeriksa laporannya, sambil masih berdiri di tempatnya.
Renjaka yang merasa diperhatikan kemudian memandang sekretarisnya itu, "Ada lagi?"
Renata tersenyum, "Bisa saya bacakan jadwal Bapak hari ini? Karena Nia hari ini tidak masuk, saya...."
Renjaka langsung memotong ucapannya, "Kamu letakkan saja di meja, nanti biar saya yang periksa sendiri jadwal saya"
Dengan menghela nafas pelan, Renata meletakkan map berisi jadwal bosnya hari ini, "Bapak perlu saya buatkan kopi..."
"Nggak perlu, saya sudah bawa kopi saya sendiri" tanpa menunggu Renata menyelesaikan perkataannya, Renjaka sudah kembali memotongnya dengan menunjuk gelas kertas berisi kopi yang ada di mejanya dengan matanya.
'Sabar, Ren, lo udah biasa diginiin. Jangan nangis' Renata mengsugesti dirinya untuk tidak terbawa mood bosnya yang tetap menyebalkan di kala hatinya masih belum sembuh benar sekarang.
Renata mengangguk, "Saya permisi, Pak, kalau begitu" Wanita itu lalu berjalan ke luar meninggalkan ruangan Renjaka.
Setelah terdengar bunyi pintu yang tertutup, Renjaka mengangkat pandangannya dari lembaran dokumen yang daritadi diperhatikannya. Sempat terdengar suara Renata yang sedikit bergetar tadi saat Ia pamit meninggalkan ruangannya, namun mungkin Ia hanya salah dengar saja. Kemudian Renjaka kembali menekuri laporan dan melihat jadwal kegiatannya hari ini.
Ada 1 meeting yang harus dia hadiri setelah makan siang, itu berarti Ia harus pergi lagi dengan Renata siang ini. Sudah satu bulan, namun Renjaka masih belum terbiasa dengan kehadiran sosok Nina yang lain di sekitarnya. Hal itulah kemudian yang menjadikan Renjaka masih berusaha untuk menjaga jarak dan meminimalkan interaksinya dengan Renata.
***
Jaendra mendekati meja sekretaris di depan ruangan Renjaka yang kemudian disambut dengan senyum manis wanita yang duduk di belakang meja tersebut, "Selamat pagi, Pak. Mau bertemu Pak Renjaka?" tanya Renata dengan senyum khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomanceKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...