Bisa baca part sebelumnya dulu ya, biar ga kehilangan arah pas baca part ini
wkwk
selamat hari senin dan selamat membaca
---
Abi mengalihkan pandangannya pada Renata, "Neng, coba sana ke belakang sama Dewi juga. Temenin Ibu masak"
Renata langsung menggeleng, "Enggak, Ata mau di sini"
"Neng.." suara Abi pelan dan dalam, memberi peringatan.
Melihat situasi dan kondisi yang sepertinya tidak kondusif, Dewi lalu membuka suara, "Neng, temenin Teteh ke belakang sebentar yuk. Itu tambahin minuman buat Renjaka juga udah mau abis"
Renata masih keukeuh menggeleng, "Ata di sini aja, Teh"
Dewi menarik tangan Renata, "Siapin cemilan juga buat Shaka sama Rendra yuk, tadi Teteh beliin cemilan. Untung beli banyak jadi Rendra juga kebagian" Dewi berdiri sambil menatap Renata penuh arti, memintanya untuk mengikutinya kali ini.
Renata menatap Renjaka yang hanya tersenyum lalu mengangguk, memintanya untuk menuruti perkataan kakaknya kali ini. Renata menghela nafas pelan lalu berjalan ke arah Rendra dan menggendongnya lalu mengajak Nining, babysitter Redra, untuk mengikutinya. Dewi juga berjalan sambil menggandeng tangan Shaka menuju ke dalam rumah mereka.
Sepeninggal Renata, Abi duduk sambil memandang halaman rumahnya. Di sebelahnya, Renjaka juga melakukan hal yang sama, diam menunggu Abi yang duluan membuka obrolan mereka. Tentu ada banyak pertanyaan di kepala Abi yang pastinya ingin Ia sampaikan pada Renjaka. Renjaka akan menantinya dengan sabar.
"Usia Rendra berapa?" tanya Abi membuka obrolan, akhirnya.
"Tiga tahun, mmmm, saya harus panggil Aa juga, atau gimana?" tanya Renjaka.
Abi tersenyum kecil, "Panggil Abi aja, usia kita pasti nggak beda jauh"
"Oke, Abi. Panggil saya juga Renja aja, saya baru 35, by the way"
"Oh, atau saya perlu panggil Mas atau Bang? Karena saya baru 32"
Renjaka tertawa, tidak terlalu ketus, tapi nada suara tidak bersahabat masih bisa Renjaka dengar dari ucapan Abi, "Renja saja cukup"
Abi mengangguk, "Ibu nya Rendra ke mana?" tanya Abi, tanpa basa-basi.
"Sudah meninggal, saat melahirkan Rendra" ucap Renjaka berusaha untuk menyembunyikan kegetirannya seperti biasa setiap kali pembahasan soal Nina muncul.
Renjaka menangkap nada terkesiap dari Abi walaupun samar, "Sorry to hear that"
Renjaka tersenyum, "It's okay, thank you"
"Jadi sama Renata udah pacaran? Udah berapa lama?"
"Baru sekitar 2 bulan"
"Kalian temen kantor satu bagian atau gimana?"
"Renata sekretaris saya"
Abi menatap Renjaka, kali ini tidak menyembunyikan keterkejutannya, "Kamu direkturnya Renata?"
Renjaka tersenyum kecil lalu mengangguk, "Tadinya. Karena mulai senin besok Renata sudah pindah bagian, sudah tidak jadi sekretaris saya lagi"
"Tetep aja tapi kamu itu bosnya Renata kan"
Renjaka mengangguk, "Ya, seperti itu lah kalau menurut struktur organisasi perusahaan"
Abi kemudian berdiri, membelakangi Renjaka, "Saya nggak tahu, Renata udah cerita atau belum, soal saya yang selalu strict sama siapapun laki-laki yang dekat dengan dia. Saya nggak peduli, kamu ini temen kantornya atau bos nya atau apapun posisi kamu di kantor, tapi saya perlu ingatkan kamu, dan semua laki-laki yang datang ke sini, yang bilang kalau mereka sedang dekat dengan Renata, saya nggak pernah mau ngeliat Renata sedih, nangis, patah hati atau apapun itu gara-gara laki-laki. Kamu yang kali ini mendapat peringatan itu dari saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomansKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...