T I G A S A T U

38.1K 3.2K 69
                                    

Sesuai dengan dugaan Renjaka, hal inilah yang menjadi alasan Renata. Insecurity. Renjaka tidak menyalahkan hal itu. Renata menyaksikan sendiri pola kerja Renjaka setiap hari. Mengetahui siapa saja yang menjadi rekan kerjanya. Renata mengetahui circle pekerjaan Renjaka dengan jelas. Berada di lingkungan top management, dan Renata hanyalah sekretarisnya, pasti sedikit banyak memunculkan keresahan untuk Renata. 

Renjaka melipat kertas makanannya, Ia memiringkan sedikit posisi duduknya untuk bisa menatap Renata, "Sudah pernah saya jelaskan ke kamu, kan, saya gak pernah melihat kelas jabatan seseorang. Saya bersikap sama kepada semua orang. Direktur, staff, OB. Apa pernah kamu melihat saya membeda-bedakan mereka?"

Renata tersenyum sambil menggeleng, "Sifat itu yang menjadi daya tarik Mas, yang bikin banyak orang seneng sama Mas"

Mendesah nafas pelan, Renata melanjutkan, "Untuk aku, yang sudah gak muda lagi ini, Mas, menjalani sebuah hubungan baru gak cuma sekedar pacaran. Visiku ke depan, kalau ada seseorang yang mengajakku serius, bayanganku adalah menikah. How about that?"

"Apalagi untuk saya, Ta. Sudah lewat masa saya untuk cuma sekedar pacaran. Saya punya Rendra yang tidak perlu lagi lihat ayahnya gandeng cewe sana-sini cuma untuk main-main"

"Mas yakin, aku wanita yang tepat untuk itu? Untuk Mas? Untuk Rendra?"

"Listen, ketertarikan saya bukan tiba-tiba, Ta. Berapa bulan sih kamu sudah kerja sama saya? Dari awal mungkin ketertarikan itu sudah ada, tapi saya terus menyangkal. Saya punya masa lalu, Ta, kalau kamu belum tahu. Ibu nya Rendra meninggal saat melahirkan Rendra. Saya dipisahkan dari perempuan yang saya cintai, bukan karena kami bertengkar, tidak sepaham, atau ada yang selingkuh. Kami dipisahkan paksa oleh ajal. Membuat saya menutup hati saya. Kemudian saat melihat kamu, entah kamu pakai magic apa, saya merasa bisa kembali membuka hati saya untuk seorang wanita, Ta"

"Seberapa besar cinta Mas untuk Ibu nya Rendra?"

"Bukan seberapa besar yang perlu kamu tahu, Ta. Tapi bagaimana perasaan saya itu sekarang, setelah pernyataan ketertarikan saya beberapa waktu lalu. Kalaupun perasaan saya kepada Ibu nya Rendra masih besar, saya bisa apa? Dia udah gak ada di sini. Saya kerja sama Arleen sudah sejak Ibu nya Rendra masih ada, sampai Ibunya Rendra meninggal kami masih kerja bareng. Tapi perasaan yang saya rasakan ke kamu, gak pernah saya rasakan ke dia. Ke Bu Mariska juga. Terutama ke Hani"

"Kenapa dengan Bu Hani?"

Renjaka tersenyum, "Kapan-kapan saya ajak kamu, kalau kamu udah mau menerima saya, untuk saya kenalin ke pacarnya Hani. Namanya Aji. Sahabat saya juga, sama dekatnya seperti saya dan Jaendra"

Renata cukup kaget mendengar hal itu, yang membuat Renjaka tertawa lalu dengan berani mengusap perlahan rambut hitam Renata. 

"Ta, selama ini saya berpikir, meyakinkan dan juga memberanikan diri saya, bahwa perasaan saya ke kamu itu nyata. Kamu yang membuat saya tertarik, karena sifat kamu. Sudah saya jelaskan semua ke kamu kemarin. Yang saya perlukan kali ini adalah keyakinan yang sama dari kamu. Melepas semua status jabatan pekerjaan kita, melihat saya sebagai seorang laki-laki yang sedang menawarkan perasaannya ke kamu"

Renata bersandar di bangkunya, kemudian mendesahkan nafasnya dengan gelisah "Awalnya aku sebel lihat Bu Arleen yang nempel banget sama Mas di rapat tadi" ungkap Renata jujur yang mendapat balasan tawa dari Renjaka, "I know"

"Kok tahu?" tanya Renata. 

"Jaendra yang kasih tahu kalau kamu bete sebelum Lisa dateng"

"Pak Jae tahu tentang kita?"

Renjaka menggeleng, "Gak tahu. Tapi dia sudah curiga"

Renata mendesah pelan, membuat Renjaka kembali tertawa, "Saya bisa jamin, Jae selalu bisa jaga rahasia saya"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang