Renata sedang berdiri di salah satu lobby hotel, setelah selesai mendampingi atasannya menghadiri meeting dengan salah satu kolega kerja mereka beberapa saat yang lalu. Renata sedang menunggu Renjaka yang masih berdiskusi ringan dengan beberapa peserta meeting ketika pandangannya melihat seorang laki-laki yang berjalan dari arah berlawanannya.
Laki-laki yang sangat dikenalnya itu sedang berjalan bersama seorang wanita. Mereka asyik bercengkaram sambil sesekali tertawa dalam obrolan mereka. Renata tertegun melihat interaksi kedua orang tersebut. Ya, dia adalah Sultan. Mantan kekasihnya yang memutuskan hubungan mereka beberapa waktu lalu, saat ini sedang berjalan dengan salah satu rekan kerjanya yang juga dikenal Renata.
Ketika akhirnya tatapan mereka bertemu, Renata masih terdiam di tempatnya. Sedangkan Sultan tiba-tiba terlihat panik namun dengan cepat menutup kepanikannya dan berjalan ke arah Renata, diikuti dengan wanita yang berjalan bersamanya yang juga terlihat gugup saat melihat keberadaan Renata.
"Hai, Ren..." Sapa Sultan.
Renata tersenyum kecil, "Hai. Abis meeting? Atau ada acara?" tanya Renata kepada Sultan, kemudian mengalihkan tatapannya kepada Windia, wanita di samping Sultan.
"Kantor aku ada pameran di ballroom sana" Sultan menunjuk salah satu pintu ballroom yang didepannya terdapat standing banner memperlihatkan acara yang sedang digelar di dalamnya dan melihat logo kantor Sultan yang diketahui Renata.
Renata mengangguk, "Mau keluar?"
"Eh, iya, mau makan siang sih"
"Berdua aja?" tanya Renata lagi melihat Sultan yang hanya berjalan berdua saja dengan Windia. Tidak terlihat rekan kerja mereka yang lain.
"Iya, gantian soalnya. Mau bareng?" kali ini giliran Windia yang menjawab karena dilihatnya Sultan seperti salah tingkah mendapat pertanyaan itu dari Renata.
Renata menggeleng dan kembali tersenyum, "Tadi udah makan siang sih sekalian meeting. Sekarang masih nunggu bos gue di dalem"
"Oh, cuma berdua?" kali ini Sultan yang bertanya, seolah ingin membalikkan pertanyaan Renata tadi.
Renata mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan basa-basi Sultan, 'apa Sultan gak lihat masih banyak orang di depan pintu ruang meeting yang ditunjuk tadi?' tanya Renata, tentu saja hanya dalam hati.
"Ya, dari kantor cuma aku sama Pak Bos aja sih. Tapi yang ikut meeting tadi banyak"
Sultan kembali mengangguk mendengar jawaban Renata. Entah kenapa suasana di antara mereka menjadi canggung seperti ini. Renata mengenal Windia sebagai salah satu rekan kerja Sultan yang memang berada pada 1 bagian kerja di kantor mereka. Renata juga tahu kalau Sultan memang sering harus bekerja bersama dengan Windia. Tapi Renata tidak tahu kalau Sultan juga mungkin beberapa kali atau sering makan siang berdua saja dengan Windia seperti ini.
Renata menggeleng. Mengusir semua pikiran negatif yang mungkin terpikirkan olehnya. Toh kalau memang ada apa-apa di antara mereka bukan lagi menjadi urusan Renata. Hubungan mereka sudah berakhir, Sultan bebas menjalin hubungan dengan siapapun, begitupun Renata. Tapi entah mengapa ada perasaan mengganjal yang dirasakan Renata melihat Sultan yang ternyata cukup dekat dan akrab dengan Windia, yang diketahui Renata hanya sebagai rekan kerjanya selama ini.
Suasana itu kemudian terpecah saat sebuah suara memanggilnya, "Renata..."
Renata mengalihkan pandangannya kepada atasannya yang ternyata sudah menyelesaikan segala diskusi dan perbincangannya tadi dan berdiri tidak jauh dari mereka. Dengan gestur meminta Renata untuk beranjak dari tempatnya saat ini.
Renata mengangguk kecil kemudian kembali tersenyum dan kembali kepada Sultan dan Windia, "Oke, gotta go. Selamat makan siang kalian berdua ya. Aku duluan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Been Easy [Completed]
RomanceKisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat melahirkan buah hati mereka. Renjaka Putra Permana. Menjadi laki-laki yang kehidupannya hanya terfokus pada pekerjaan dan anak laki-lakinya. Ti...