D U A L I M A

37.3K 3.2K 121
                                    

Update lagi ahh :)

----

Renata baru kembali dari toilet di salah satu restoran ketika Ia berpapasan dengan seorang wanita setengah baya yang sedang menggandeng wanita sesusia Renata yang berjalan berlawanan arah di area restoran tersebut. 

Renata menghentikan langkahnya ketika mengetahui bahwa Ia mengenal siapa wanita dihadapannya itu, "Hai, Tante" sapa Renata ketika jaraknya sudah cukup dekat dengan orang yang dikenalnya itu.

Wanita yang dipanggil Tante itu kemudian berhenti dan menatap Renata, dengan wajah yang terpasang senyuman dan tangan yang tidak lepas dari wanita di sebelahnya, "Halo, Renata.. Apa kabar, Nak?" tanya wanita itu. Masih ramah seperti yang Renata kenal. 

Renata tersenyum lalu menjawab dengan sama ramahnya, "Aku baik, Tante. Tante gimana? Sehat?"

Wanita itu kemudian berjalan memeluk Renata, "Alhamdulillah, Tante juga sehat" ujarnya ketika melepas pelukannya pada Renata.

Renata kemudian beralih pada wanita lain di depannya, "Hai, Win"

"Hai, Ren" balas wanita itu sambil tersenyum canggung.

Merasakan suasana yang memang menjadi agak canggung diantara mereka, wanita setengah baya yang dipanggil Tante oleh Renata tadi kemudian memecah keheningan, "Lagi ada acara apa, Ren, di sini? Makan malem sama siapa?"

"Baru selesai meeting tadi sama atasan aku, Tan" Renata menjelaskan keberadaannya berada di restoran tersebut. 

Wanita itu kemudian mengusap lengan Renata pelan, "Duh, kamu nih, udah malem jam segini masih aja kerja. Jangan capek-capek loh ya, nanti kamu sakit"

Renata meringis pelan mendengar nasihat wanita itu, yang Renata paham sekali menyimpan banyak arti, tidak hanya mengkhawatirkan kesehatan Renata saja. Ia kemudian melanjutkan, "Tante sama Windia cuma berdua aja?"

"Enggak, ada Sultan sama Papanya Sultan juga di dalem" tunjuk wanita itu, yang adalah Ibu Sultan, mantan kekasih Renata, ke salah satu meja di area restoran itu.

Renata mengangguk, kemudian Ia menatap Windia, partner kerja Sultan yang juga pernah ditemuinya beberapa waktu lalu. 

Renata tersentak ketika tangannya dirangkum oleh Ibu Sultan, "Ren, Tante sedih loh pas tahu kamu sama Sultan sudah gak pacaran lagi. Kalian juga pacaran udah lama. Malah Tante kira, Sultan bakalan secepatnya ngajak Tante sama Om main ke Bandung ketemu keluarga kamu..." ujar Ibu Sultan pada Renata. Renata hanya tersenyum kecil mendengar perkataan wanita itu.

"Tapi yang namanya jodoh juga kita gak tahu, kan. Mungkin memang jalannya harus begini. Kamu juga kayanya masih gak bisa untuk berhenti kerja dan bahkan masih sering lembur sampai jam segini kan. Padahal Sultan pengennya punya istri yang stay di rumah aja, biar Sultan ada yang urus"

Lanjutan perkataan Ibu Sultan sontak mengejutkan Renata. Bahkan Ibu nya Sultan pun menyalahkan Renata yang bekerja seperti ini, tidak jauh berbeda dengan anaknya yang menjadikan alasan Renata yang masih bekerja penyebab putusnya hubungan mereka.

Renata kemudian tertawa kecil, masih berusaha untuk menjaga nada suaranya tetap ramah. Menghargai wanita yang lebih tua di hadapannya ini, "Iya, Tante. Sultan harusnya tahu kenapa aku suka bekerja, dan kenapa aku masih bekerja sampai saat ini. Entah kenapa tiba-tiba alasan itu malah jadi hal yang menghambat hubungan kami, yang malah berakhir seperti sekarang"

Renata kemudian menatap Windia, wanita muda di samping Ibu Sultan. Renata menyadari, status Windia saat ini tentu saja bukan hanya sebagai partner kerja Sultan. Agak aneh rasanya kalau partner kerja sampai diajak makan malam bersama dengan kedua orang tua Sultan. Renata melanjutkan, "Mungkin Sultan punya alasan lain yang membuat status saya sebagai wanita karir tampak bermasalah sekarang"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang