Claire berjalan ke sana dan kemari sambil menggigit kuku ujung jempolnya, kedua mata Claire juga terus tertuju ke arah jam dinding kamarnya.
Setelah memanggil dokter dan memberitahu Ibu Nolan, Claire langsung pamit pulang dan kini gadis itu sedang gelisah ingin mendapat kabar mengenai Nolan, apakah laki-laki itu benar-benar sadar atau tidak?
Claire duduk di tepi tempat tidurnya sambil menghentak-hentak kecil kakinya di lantai. Claire akan tahu Nolan sadar atau tidak di pukul 23:00 malam ini, Nolan atau lebih tepatnya arwah Nolan biasa datang di pukul 23:00 malam, jika Nolan tidak kunjung datang sampai besok hari, Claire sangat yakin bahwa Nolan sudah sadar, namun jika arwah Nolan muncul malam ini, sudah jelas kalau laki-laki itu belum sadar dari koma nya.
Claire menutupi wajahnya dengan kedua tangan ditambah jantung yang berdegup kencang menunggu pukul 23:00 malam di mana sekarang pukul 22:30 malam. Claire menghela napas dan menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur sembari membayangkan kejadian saat ujung jemari Nolan bergerak di ruang ICU tadi.
"Semoga lo sadar, biar lo sendiri yang minta maaf. Tapi, kalo dia udah sadar apa tetep harus minta maaf? Kalo emang harus, pasti dia kan yang minta maaf langsung? Ya kali gue lagi!"
Claire merubah posisi baringnya menjadi melintang dan miring ke kiri agar lebih nyaman memperhatikan jam dindingnya yang sudah menunjukkan pukul 22:45, 10 menit lagi untuk mengetahui apakah arwah Nolan akan datang atau tidak. Claire tidak akan pernah salah dalam menunggu waktu atau di jam berapa Nolan datang, pasalnya, Nolan sendiri yang mengatakan jika laki-laki itu akan datang setiap hari, pukul 23:00 dan akan kembali sebelum jam 00:00 tengah malam.
Pada akhirnya, Claire tertidur di pukul 22:55 karena ia sudah tidak dapat menahan rasa kantuk akibat kelelahan menjalani harinya.
-Claire-
"Claire, maju ke depan, kerjakan soal nomor satu."
Claire yang sedang melamun langsung tersadar dan kebingungan sambil memperhatikan teman-teman sekelasnya yang sedang menatapnya, "saya, Bu?"
"Tadi ibu nyebut nama siapa? Iya, kamu." Guru matematika itu mengarahkan spidol ke papan tulis.
Claire berdiri, sambil berjalan ia memperhatikan soal yang diberikan di papan tulis. Walaupun sedari tadi Claire melamun dan tidak fokus pada pembelajaran di jam pelajaran pertama, Claire merasa lega karena ia tahu bagaimana cara mengerjakan soal tersebut.
Kurang lebih dua menit, Claire berhasil menyelesaikan soal yang diberikan dan gadis itu langsung mendapat tepuk tangan yang di mulai oleh Felix.
"Saya izinkan kalian melamun selama jam pelajaran saya tapi kalian harus kayak Claire, melamun tapi ada manfaatnya." Kata guru itu di mana Claire langsung memasang tampang bangganya dan kembali melamun saat kembali duduk di kursinya.
-Claire-
"Kamu kenapa hari ini? Tumben banget melamun." Kata Zea sambil memakan bekalnya bersama Claire di kelas.
"Lagi pengen aja melamun." Claire tertawa lalu melahap makanannya yang menggunung di sendok dengan mulut yang terbuka lebar.
"Mami sama daddy kamu berantem? Atau... Kamu lagi ada masalah sama Felix?"
Claire langsung menggeleng, "lo beneran mau tau gue lagi mikirin apa sampe melamun?"
Zea mengangguk dengan cepat.
Claire sedikit menggeser tubuhnya pada Zea lalu berbisik, "gue lagi mikirin gimana kalo Kim Jong-un sama opa lo musuhan."
Zea membulatkan mata, "hah?"
"Lo bayangin gimana pecahnya kalo Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara musuhan sama opa lo, opa Valdo. Ck, ck, ck, gila sih." Claire berdecak sambil menggelengkan kepala dan tentunya gadis itu berbohong, yang sedang Claire pikirkan adalah Nolan.
Zea tertawa, "kenapa kamu bisa mikir kayak gitu? Jauh banget pemikiran kamu."
"Ah, gue jadi beneran kepikiran." Claire menyentuh kening dengan jemarinya dengan siku yang bertumpu pada meja sambil memejamkan mata dan mengunyah, Claire benar-benar memikirkan hal itu sekarang, tentang bagaimana jika Kim Jong-un dan Valdo bermusuhan.
Claire sendiri tahu bagaimana Valdo, seluruh keluarga mereka tahu bagaimana sikap dan kelakuan Valdo dulu, sebenarnya pria itu masih sama hingga saat ini namun dulu adalah yang terparah. Sikap dan kelakuan Valdo sudah seperti cerita keluarga, cerita turun-temurun, bukan lagi rahasia keluarga.
-Claire-
"Dia beneran gak dateng? Atau dateng tapi karena gue tidur dia gak mau ganggu gue?" Tanya Claire pada dirinya sendiri sambil berdiri di depan cermin lemari bajunya.
Claire menarik ke atas rambutnya yang tergerai dengan kedua tangan lalu melepaskannya membuat rambut itu sedikit acak-acakan saking frustrasinya.
"Seharusnya gue nanya nomor telfon dia biar gue bisa nanya gimana kabar dia. Tapi, apa gue ke rumah sakit aja ya? Gue harus ke rumah sakit sih." Claire mengangguk yakin dan pergi dengan hanya membawa ponselnya.
"Ai!"
Claire yang baru keluar dari kamar menoleh mendapati Zea berlari ke arahnya.
"Temenin aku, yuk. Aku mau beli hadiah untuk ulang tahun mami aku."
"Oh iya, besok ya nyokap lo ultah?"
Zea mengangguk dengan antusias.
"Tapi gue..." Claire sengaja diam, "oke deh, yuk."
Zea tersenyum dan bersama-sama turun ke lantai bawah, pergi mencari hadiah untuk Aurora. Kedua gadis itu pergi dengan di antara oleh supir pribadi keluarga Archie.
Dalam perjalanan, Claire terus memikirkan Nolan lalu menoleh pada Zea. "Ze."
Zea yang sedang memainkan ponselnya langsung menatap Claire.
"Lo tau Nolan gak?"
"Nolan?" Zea tampak bingung.
Claire mengangguk, "Nolan anak kelas dua belas. Gue gak tau sih dia di kelas apa tapi katanya dia kelas dua belas."
"Satu sekolah sama kita?"
Claire sempat diam melihat Zea benar-benar tidak tahu mengenai Nolan, "iya, tapi dia anak baru."
Zea tertawa, "salah banget kamu nanya sama aku. Aku kam selalu di kelas terus, kamu yang sering keluar, keluyuran ke kelas sepuluh sampe dua belas."
Claire ikut tertawa dan setelah itu tidak mengatakan apa-apa lagi karena percuma saja Zea tidak tahu mengenai Nolan.
✨Claire✨
Qotd: menurut kalian Nolan udah sadar apa enggak?
Ada yang ikut kepikiran juga kalo Valdo sama Kim Jong-un musuhan?
Tunggu kelanjutannya!👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Claire [COMPLETED]
FantasySejak bertemu dengan dia, hidup Claire menjadi tidak tenang karena terus diganggu. Dan parahnya tidak ada yang bisa menolong Claire, hanya Claire sendiri lah yang dapat menolong dirinya sendiri.