BAGIAN SEBELAS
Sayang, apalagi sama lo.
***
"Cepet salin punya gue! Lagian tumben amat lo lupa ngerjain PR. Mampus, Bu Ghea bentar lagi datang. Kalau Ibu tahu lo nggak ngerjain PR, siap-siap lo ngeganti ngajar," kata Tari, ia menyerahkan buku PR-nya pada Dasha.
Bu Ghea merupakan seorang guru mata pelajaran lintas minat Sejarah. Setiap pertemuan, Bu Ghea selalu memberikan pekerjaan rumah, dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Bu Ghea juga super disiplin, bila ada anak yang tidak mengerjakan PR, maka Bu Ghea akan menyuruh anak tersebut menggantikannya mengajar. Katanya, agar bisa tahu bagaimana perasaan guru-guru ketika sedang mengajar. Seharusnya bukan masalah bagi anak-anak tingkat kelas pertama, hanya saja tatapan Bu Ghea selalu mengintimidasi, tajam, dan dingin, membuat anak-anak di depan menjadi gugup dan gagal.
Tari berpikiran bahwa hukuman Bu Ghea konyol sekali, kalau tidak niat mengajar bilang saja.
"Gue lupa kerjain, kemarin gue temenin Langga telepon sampai ketiduran," balas Dasha sambil menyalin tugasnya Tari.
Wajah Tari yang semula panik langsung tersenyum menggoda. "Jadi, gimana progresnya? Eh! Ya ampun, bukan waktunya ngomongin itu." Tari menggelengkan kepalanya pelan. "Pokoknya nanti lo ceritain semua ke gue."
"Lo juga harus bilang gimana lo bisa pacaran sama Dean."
"Eh? Nggak nyangka Dasha bakalan peduli sama begituan~ Sayang, deh! Iya, iya, nanti gue ceritain kenapa Dean bisa jadi pacar gue! Pokoknya Dean itu romantis pake banget, nggak salah gue naksir dia. Pas banget dia juga keturunan bule, cakep, baik. Poin plus banget, deh," balas Tari dengan nada anak remaja dimabuk cinta.
"Dash, ada cowok nyariin lo di luar, tuh," kata Raya, ketua murid di kelas X-1.
"Siapa?"
"Langga. Sana temuin." Saking seringnya Langga mengunjungi kelas Dasha, bahkan beberapa siswa di sana mulai mengenal Langga, termasuk Raya.
"Thanks!" balas Tari, alih-alih Dasha. "Ayo Dash, temuin bentar. Kali aja semangat lo ke-reset!"
Terpaksa karena Tari sangat berisik, Dasha keluar dari bangkunya dan menemui Langga di luar ruangan kelas. Langga tampak berdiri di samping pintu, menunggu kedatangannya.
"Dasha, mau gue ramal nggak?" tanya Langga ngawur.
"Kalau nggak penting, gue masuk lagi," balas Dasha datar.
Langga tertawa mendengar balasan Dasha. "Gue ramal lo belum ngerjain PR."
"Dan salah siapa itu?"
"Gue."
Dasha berbalik, hendak memasuki ruangan kelasnya lagi sebelum tangannya ditarik Langga.
"Sebentar dulu, Dash. Lo nggak bakalan aman. Bu Ghea udah di koridor, tapi papasan sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [COMPLETE]
Teen Fiction[Tidak direvisi sebelum publish karena malas. Apabila ada ratusan typo dan tata bahasa buruk, itu karena tidak direvisi] Kalimat cinta yang Langga utarakan pada Dasha seharusnya merupakan sebuah kebohongan. Meski begitu, seiring waktu berjalan, baik...