BAGIAN TUJUH
***
"Pinjem handphone lo, dong, bentar aja," pinta Dhika di koridor lantai satu. Keduanya baru saja melewati lapangan serba guna yang basah sebab kemarin malam turun hujan deras.
"Buat apaan?" tanya balik Dasha.
Dhika mengulurkan tangannya, langkahnya terhenti tepat di samping anak tangga yang akan membawanya menuju lantai dua, di mana kelas XI berada.
Dasha mengambil ponselnya dari saku rok, lalu menyerahkannya pada Dhika.
Sedikit mengintip, Dasha melihat apa yang dilakukan Dhika hanya membuka blokir kontak Langga.
"Biar apa, sih?" decak Dasha lalu menerima kembali ponselnya.
"Biar kalian bisa chattingan, lah," balas Dhika singkat lalu menaiki anak tangga menuju ruang kelasnya.
"Nggak mau, tinggal gue blokir lagi."
"Nanti gue buka lagi sampai lo bosen. Mau berapa kali pun. Gue duluan, ya. Belajar yang rajin." Sosoknya tak lagi terlihat setelah menaiki anak tangga terakhir. Sepertinya, Dhika terlalu menaruh banyak harap pada Langga untuk bisa memulihkan kepercayaan Dasha.
Langkah Dasha tak terhenti meskipun namanya dipanggil beberapa kali. Siapa lagi kalau bukan Langga. Cowok yang tidak akan pernah bosan mendekati Dasha meskipun sudah sering ditolak.
"Hari ini jadwal lo ekskul seni, kan?" tanya Langga pada Dasha yang memang mengikuti ekstrakurikuler seni, dan hari Jumat merupakan jadwal kumpul mereka.
"Bukan urusan lo."
Langga tertawa kecil. "Urusan gue, dong. Padahal gue mau ajak lo pergi, tapi nggak bisa, ya? Tapi kebetulan banget besok weekend."
"Percuma, jangan ajak gue. Dari awal aja kehadiran lo udah ganggu kehidupan gue, jadi jangan berani masuk lebih dalam lagi," kata Dasha lalu menghilang di balik pintu berpelitur cokelat yang merupakan ruang kelasnya.
Meski begitu, Langga tak akan menyerah. Tolakan dari Dasha merupakan keseharian baginya, dan Langga akan sangat menantikan bila Dasha sekali saja menerima ajakannya.
Sebagai tanda bahwa ia tak menyerah begitu saja, pada jam istirahat, Langga terus mengekori ke mana pun Dasha pergi, bahkan ketika jam sekolah berakhir, Langga masih mengikuti Dasha tanpa mengatakan apa pun. Tentu hal itu membuat Dasha merasa risi.
"Jangan ikutin gue! Gue mau pulang!" ucap Dasha kesal karena Langga masih saja mengikutinya.
"Berarti gue ikut lo pulang," balas Langga singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [COMPLETE]
Teen Fiction[Tidak direvisi sebelum publish karena malas. Apabila ada ratusan typo dan tata bahasa buruk, itu karena tidak direvisi] Kalimat cinta yang Langga utarakan pada Dasha seharusnya merupakan sebuah kebohongan. Meski begitu, seiring waktu berjalan, baik...