BAGIAN DUA PULUH
Raihlah langit dan asamu, buktikan pada mereka semua bahwa semua kalimatmu bukanlah omong-kosong.
***
Keributan yang disebabkan oleh Langga dan Dirga pecah. Bahkan anggota OSIS harus turun tangan untuk menghentikan pertengkaran mereka. Untung saja, acara pentas seni masih tetap bisa berjalan tanpa hambatan.
Langga menarik Dirga menuju lapangan basket yang sepi karena terlalu banyak orang yang menyaksikan mereka di belakang panggung. Terik matahari masih mengudara, membuat kedua cowok itu disinari cahayanya hingga dahi mereka berkerut kepanasan.
"Jadi apa tujuan lo sebenernya?" tanya Langga dengan emosi yang sudah stabil.
"Misahin kalian," balas Dirga dingin. "Kalau gue nggak bisa dapetin Dasha, maka lo juga!"
Langga berdecak. "Sampai hancurin drama? Lo gila?"
"Gue bakal lakuin apa pun biar kalian nggak bersama."
Langga memutar bola mata. Menurutnya, Dirga sudah berlebihan. Apa ia tidak bisa bersaing dengan adil dan sehat? Langga memutar tubuh, hendak meninggalkan area lapangan basket.
"Karena gue yakin, lo pasti mandang Dasha sebagai objek taruhan, kan," lanjut Dirga membuat kepala Langga menoleh.
"Lo salah. Gue beneran sayang sama Dasha. Jangan ikut campur urusan kita lagi."
***
"Jangan dipikirin lagi, ya, Tar," ucap Dasha pada Natari.
Pentas drama sudah hampir usai, para pengunjung pun kebanyakan sudah meninggalkan area sekolah. Namun, Natari tetap marah pada Dirga yang berani-beraninya mengacaukan pentas drama yang seharusnya menjadi acara yang paling sempurna tahun ini.
"Iya, jangan dipikirin, ya. Respons penonton juga nggak bener-bener buruk, kok," ucap Dean menyetujui kalimat Dasha.
"Gimana nggak dipikirin?!" Natari mencak-mencak di kursi penonton. Setelah pentas drama selesai, mereka ikut menikmati acara yang tersisa. "Lagian, biar apa, sih, Dirga ngacauin drama? Nggak ada untungnya juga, kan?"
Dean hanya bisa tersenyum. Alasan Dirga sederhana, ia ingin merebut Dasha dari rengkuhan Langga. Begitulah yang ia dengar dari perdebatan Langga dan Dirga di lapangan basket. Ya, Dean diam-diam mengikuti mereka.
Suara familier di atas panggung menyita perhatian mereka, bahkan Natari melupakan kekesalannya pada Dirga. Di sana, di atas panggung, berdiri Langga yang masih mengenakan kostum pangerannya tengah mengalungkan sebuah gitar. Ia mengetuk standing mikrofon di hadapannya, mengetesnya.
"Selamat siang menjelang sore," sapa Langga sambil tersenyum lebar, matanya menyorot semua penonton yang tersisa. "Nama saya Langga Arishita dari kelas X-7, mau membawakan sebuah lagu spesial untuk orang yang spesial juga. Untuk Tuan Putri saya." Kali ini, sorot matanya tak menyapu para penonton lagi, melainkan menatap langsung pada Dasha. "Dasha, dengerin, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [COMPLETE]
Teen Fiction[Tidak direvisi sebelum publish karena malas. Apabila ada ratusan typo dan tata bahasa buruk, itu karena tidak direvisi] Kalimat cinta yang Langga utarakan pada Dasha seharusnya merupakan sebuah kebohongan. Meski begitu, seiring waktu berjalan, baik...