BAGIAN ENAM BELAS
***
“Sebegitunya lo pengen hidup gue hancur? Kenapa? Pasti ada alasannya, kan?” tanya Langga.
“Gue benci lo.”Alasan yang masuk akal, tetapi kenapa Dirga sangat membencinya?
“Kalau—“
“Gue benci lo, gue juga benci semua manusia,” potong dan lanjut Dirga.
Langga tersenyum miring. “Tapi lihat kenyataannya, lo salah satu dari ‘manusia’ yang lo benci.”
“Kenapa lo atau Dean atau semua orang punya kehidupan yang bagus, sih? Lama-lama gue juga capek, Ga. Jadi manusia itu berat. Kenapa harus lo yang dapat semuanya? Kenapa nggak gue?”
Langga menatap Dirga tanpa ekspresi. Dalam benaknya, hanya ada satu pikiran yang mengganggunya. Masalah orangtua Dirga.
“Dir, lo—“
“Gue nggak mau denger apa pun dari Mister Perfect,” tutupnya, lalu ia berjalan keluar dari area sekolah, meninggalkan Langga yang tetap berada dalam posisinya.
Langga berdecih. Ia gagal berbaikan dengan Dirga. Dan lebih buruknya, ia harus mendengar ocehannya soal Dirga-benci-manusia meski Dirga sendiri merupakan bagian dari manusia. Langga hanya menatap punggung Dirga yang menjauh, lalu menghilang di balik gerbang sekolah. Ia sama sekali tak menyalahkan Dirga atas semua masalah dalam kehidupannya, tetapi Dirga terlalu menyalahkan Langga atas semua yang dilaluinya. Bagaimanapun juga, kehidupannya tak sesempurna itu.
Langga berbalik, memilih untuk pergi menuju ruang kelasnya. Ia bisa berbaikan dengan Dirga nanti.
***
“Cieee, gue nggak nyangka lo ambil peran penting di pensi nanti,” goda Dhika dengan seragam sekolah yang masih menempel di badannya. Ia baru saja pulang dari kegiatan OSIS-nya yang sibuk, tetapi malah menyempatkan diri untuk menggoda Dasha di kamarnya.
Dasha yang tengah berkutat di meja belajarnya memutar mata. “Kenapa? Mau tukeran peran?” tanyanya sarkastik.
Dhika bersandar pada kusen pintu. “Jangan-jangan, lo mau ambil perannya karena Langga?”
“Dhik, mau gue pukul?” tanya Dasha, mengangkat tangannya.
Dhika tertawa. “Aduh, mau, dong. Pukulin Abang,” godanya semakin menjadi.
“Dhik.”
Dhika tertawa lagi, memutuskan cukup menggoda adiknya yang memiliki rentang usia satu tahun di bawahnya. “Capek, bikinin teh atau kopi, dong.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [COMPLETE]
Teen Fiction[Tidak direvisi sebelum publish karena malas. Apabila ada ratusan typo dan tata bahasa buruk, itu karena tidak direvisi] Kalimat cinta yang Langga utarakan pada Dasha seharusnya merupakan sebuah kebohongan. Meski begitu, seiring waktu berjalan, baik...