12

45 28 2
                                    

BAGIAN DUA BELAS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGIAN DUA BELAS

***

Tari tersenyum senang ketika Dean dan teman-temannya tengah bermain basket di lapangan basket. Dean kelihatan sangat keren di mata Tari saat ini.

"Gue duluan," kata Dasha.

"Eh!" Tari menarik tangan Dasha yang hendak melangkahkan kakinya. "Nggak, lo jangan pergi sampe gue kenalan sama cowok mata ijo itu."

"Gue tahu maksud lo."

Tari akhirnya menatap Dasha, lalu memiringkan kepalanya. "Maksud lo?"

"Lo sengaja ajak gue ke sini?"

"Ya iya lah, kan buat nganter gue. Biasanya juga emang gini, kan?" jawab Tari heran.

"Tapi kali ini lo sengaja, kan?"

"Dasha, to the point dong. Lo bikin jatah natap si cogan gue berkurang," protes Tari.

"Langga di sini."

"Oh? Mana?" tanya Tari sambil mengedarkan pandang kemudian terhenti pada seorang cowok berjaket hitam. "Lah, iya! Si Cadel di sini! Gue nggak ngeh!"

Dasha mengernyitkan dahinya. "Jadi lo nggak sengaja biar gue ketemu sama Langga?"

"Ngapain? Kurang kerjaan banget gue. Gue kan, maunya natap si cogan! Kayaknya dia deket sama Langga, deh. Ah, kesempatan!"

Setelah pertandingan selesai, Tari langsung menghampiri Dean, si tersangka 'Mata Ijo', tanpa memedulikan Dasha lagi, ia juga tahu kalau ada Langga di sana.

"Dean!" panggil Tari semangat.

Dean langsung menoleh, tersenyum. "Natari."

Kedua mata Tari melebar kala Dean mengetahui namanya. "Lo tahu nama gue?"

"Tahu, dong. Masa gue nggak tahu nama cewek cantik kayak lo?"

Jika Dean bermaksud untuk menggoda, Tari sangat ikhlas. Ia merasa perutnya dipenuhi kupu-kupu yang membuat perutnya geli.

Tari terkekeh kecil. "Bisa aja lo. Oh iya, kalau nggak keberatan minta nomor lo, dong."

"Boleh banget." Dean mengambil ponsel yang Tari ulurkan, mengetikkan beberapa digit nomor dan menyerahkannya kembali pada Tari.

"Thanks!"

Dean mengangguk. "Chat gue kapanpun, ya."

"Iya. Lo mau ke mana sekarang?" tanya Tari masih dengan nada cerianya.

"Kantin. Mau ikut?"

"Boleh?"

"Boleh, dong." Dean tersenyum. Lalu keduanya berjalan beriringan menuju Kantin sekolah. Kantin pada jam istirahat sangar ramai, entah bagaimana caranya Dean menemukan bangku kosong.

Believe [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang