BAGIAN DUA PULUH EMPAT
Kepercayaan yang selalu terpatahkan oleh ego.
***
Seandainya lo maafin gue, datang ke halaman belakang sekolah saat pulang sekolah. Gue bakalan ada di sana setiap hari, nungguin lo sampai lo datang.
Meski malam semakin larut, Dasha masih berkali-kali membaca paragraf di atas secarik kertas tersebut tanpa bosan. Tak perlu menebak pun, Dasha sudah tahu siapa pengirim dari surat disertai tulisan yang rapi ini.
"Menurut lo gimana, Tar?" tanya Dasha, suaranya tersambung menuju device lain di seberang sana.
"Mana gue tahu," balas Natari, menemani Dasha yang sedang galau. "Lo mau maafin Langga apa nggak. Lagian ya, gue juga udah introgasi Dean soal ini, dan emang pertaruhannya udah lama batal. Katanya, sih."
"Terus Dirga?"
"Lo kan lihat sendiri, Dirga udah nggak bareng-bareng lagi sama Langga sama Dean dari insiden pensi. Dirga sendirian mulu, Langga sama Dean terus. Jadi ada kemungkinan kalau Dirga dendam sama mereka berdua dan ngomongin soal taruhan di kantin."
Jeda panjang.Dasha tak membalas, ia sibuk memikirkan mengenai perasaannya. Memang benar ia telah jatuh pada cowok itu, namun kenyataan bahwa ia hanya sebuah taruhan semata membuatnya marah dan kecewa.
Di satu sisi, ia menyalahkan dirinya sendiri yang bisa-bisanya jatuh pada sebuah perangkap. Namun di sisi lain, ia sudah telanjur jatuh. Perasaannya tidak tahu hendak ia ke manakan. Perasaan yang menggebu ini. Perasaan yang menginginkan kehadirannya.
"Dirga kayaknya suka sama lo," kata Natari di seberang sana membuat lamunan Dasha terhenti.
"Suka?"
"Iya, makanya dia ngacau di pensi, ambil alih peran Langga dan ngejelekin Langga di mata lo. Di halte pas itu juga, gue yakin Dirga lagi ngomongin Langga, kan?"
"I-Iya, sih," balas Dasha mengaku.
Saat itu, Dirga tiba-tiba menemui Dasha di halte saat Natari tengah mengunjungi rumah makan terdekat ketika Dirga entah dari mana langsung mengatakan bahwa Dasha hanyalah mainan bagi mereka.
"Tuh, kan, bener. Dirga suka sama lo. Menurut Dean, kalau Dirga nggak bisa milikin lo, maka Langga juga nggak bisa. Makanya dia bikin konflik makin rumit. Tapi sisanya pilihan lo, Dash. Lo udah tahu kenyataannya kan, kalau Langga sayang sama lo, jatuh cinta malah.
"Siapa dulu yang selalu temenin lo dan diam-diam beliin apa yang lo mau? Langga, kan? Itu juga bentuk salah satu rasa suka dia sama lo. Dan lo juga sayang, kan, sama Langga? Gue yakin kalau lo nggak mau semua ini berakhir gitu aja, kan? Tapi semuanya balik ke elo lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [COMPLETE]
Teen Fiction[Tidak direvisi sebelum publish karena malas. Apabila ada ratusan typo dan tata bahasa buruk, itu karena tidak direvisi] Kalimat cinta yang Langga utarakan pada Dasha seharusnya merupakan sebuah kebohongan. Meski begitu, seiring waktu berjalan, baik...