BAGIAN TIGA PULUH
Yang ia inginkan adalah sebuah senyuman di sana, bukan air mata.
***
Jam pelajaran kali ini adalah Kimia, mereka akan melakukan praktik sehingga siswa-siswi kelas X-1 dianjurkan untuk belajar di lab Kimia. Sebelumnya di kelas, guru pembimbing menjelaskan teori dengan singkat lalu menyuruh siswanya untuk membagi kelompok yang satu kelompoknya terdiri atas enam orang.
Dasha dan Natari berjalan beriringan menuju lab Kimia yang berada di lantai dua, mereka memeluk buku paket dan buku catatan mereka masing-masing.
"Dasha, sini." Begitu mereka tiba, Langga sudah lebih dahulu menepuk-nepuk kursi yang ada di sampingnya.
Dasha hendak mengabaikannya tetapi Natari tidak. Ia langsung memaksa Dasha untuk duduk di samping Langga sambil berbisik, "Enjoy your time."
"Tari," panggil Dasha pelan. Ia menghela napas pasrah. Lagipula ia selalu bertanya-tanya mengenai mengapa ia selalu gagal menghindari Langga.
"Kamu udah paham materi kali ini?" tanya Langga memulai percakapan.
"Langga, kenapa lo kayak gini?" Alih-alih menjawab pertanyaan Langga, Dasha malah balik bertanya.
Dahi Langga berkerut. "Maksud kamu?"
"Kenapa lo tiba-tiba baik sama gue?"
"Emangnya nggak boleh?"
"Bukan gitu. Cuma rasanya aneh aja. Saat itu, lo yang ngomong biar kita nggak ada hubungan apa pun lagi, kan? Lo menjauh dari gue, dan harusnya saat itu kita udah nggak ada apa-apa lagi. Percakapan ini juga harusnya nggak ada, tapi lo di sini, ngomong sama gue. Seolah lo yang minta kita udahan itu emang cuma ilusi doang. Kenapa?"
Kedua mata Langga membulat ketika melihat mata Dasha berkaca-kaca. Langga tidak mau membuat Dasha sedih lagi, ia hanya ingin melanjutkan cerita mereka yang belum usai namun terpaksa dijeda.
"Dasha, aku nggak bermaksud. Aku cuma—"
Kalimat Langga terpotong oleh Dasha yang meninggalkan tempatnya, ia langsung bergabung dengan Natari lagi.
Cowok itu menghela napas. Seandainya cerita mereka berjalan mulus, Langga pasti sudah memiliki Dasha di sisinya. Ia tidak menginginkan air mata dan kalimat kesedihan lagi. Langga ingin akhir yang bahagia, atau bahkan mmomn tentang mereka yang tidak akan pernah berakhir. Langga menginginkan senyuman di wajah kaku itu, bukan sebaliknya.
Lamunan Langga terusik ketika akhirnya seorang guru memasuki ruangan dan langsung memulai pelajaran.
Ketika pada akhirnya jam istirahat tiba, Langga yang mati-matian memfokuskan dirinya untuk memahami pelajaran yang dijelaskan oleh guru akhirnya menghela napas lega. Sebelumnya, Langga berusaha untuk sebisa mungkin melupakan kalimat Dasha sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe [COMPLETE]
Teen Fiction[Tidak direvisi sebelum publish karena malas. Apabila ada ratusan typo dan tata bahasa buruk, itu karena tidak direvisi] Kalimat cinta yang Langga utarakan pada Dasha seharusnya merupakan sebuah kebohongan. Meski begitu, seiring waktu berjalan, baik...