06

78 35 9
                                    

BAGIAN ENAM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGIAN ENAM

Semua orang punya luka.

***

Langga cukup menikmati hang out-nya dengan Dasha. Cowok itu baru tiba di rumahnya pukul sembilan malam.

Langga menaiki anak tangganya dengan perlahan. Keadaan rumahnya sangat terang, tetapi Langga selalu merasa kesepian. Tentu rumah ini terlalu besar dan mewah jika hanya ditinggali oleh kedua orang tuanya dan dirinya, serta beberapa pelayan.

"Langga?"

Langga menoleh, ia mendapati ibunya berada di lantai satu.

"Mama," balasnya lalu kembali menuruni anak tangga.

"Haduh, nakal! Kamu pulang jam berapa? Ini udah malam, Langga. Harusnya Mama emang harus kasih kamu sopir buat antar-jemput, ya?" omel Shita pada putra tunggalnya.

Langga malah tersenyum lebar. "Peace," ucapnya sambil membuat kedua jarinya menjadi huruf V. "Habis main sama temen soalnya, jadi lupa waktu."

"Dirga sama Dean?"

"Bukan. Ada pokoknya."

"Ya udah. Kamu udah makan malam?"

"Udah, kok. Di luar sama temen."

"Kamu nekanin kata 'temen' terus. Siapa, sih, temennya?" tanya Shita penasaran.

"Ada." Langga terkekeh. "Langga ke kamar, ya?"

"Iya, jangan lupa belajar, ya."

Langga membalasnya dengan anggukan, lalu kembali menaiki anak tangga, dan memasuki kamarnya dengan tag nama Langga di pintunya yang bercat putih.

Lampu kamarnya sudah dinyalakan dan kamarnya sudah dirapikan. Padahal tadi pagi, kamarnya sangat berantakan.

Langga merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Kamarnya sungguh luas, dan ramai dengan koleksi Langga.

Cowok itu menghela napasnya. "Gue terlalu naif, ya? Ngerasa hidup diri gue sendiri aja yang nggak membahagiakan, padahal orang-orang lebih nggak bahagia daripada gue. Uang emang bisa beli apapun, tapi nggak kebahagiaan."

***

"Gimana kencannya?" tanya Dhika dengan nada menggoda.

Pak Tara, kakek mereka, hanya terkekeh pelan lalu mengusap kepala Dasha. "Dasha udah besar, ya."

Dasha membalas dengan senyuman tipis. "Dasha ke kamar dulu."

Setelah mengatakan hal itu, langkahnya membawanya menuju lantai dua di mana kamarnya berada. Dhika mengikuti di belakang Dasha dengan senyuman misterius.

Believe [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang