BAB XX

181 43 3
                                    

Rara datang menjenguk, membawa beberapa buah-buahan dan juga bunga untuk laras. Kehadiran rara disambut baik oleh perempuan itu.

“gimana kabar kamu?” rara bertanya dengan tubuh terduduk di samping ranjang laras.

Laras menggeleng samar. “gak tahu... Ini terlalu menyakitkan buat aku”

“aku tahu kamu kuat” ujarnya dengan senyuman.

“makasih raa.. aku bahkan gak tau bagaimana caranya menjadi kuat”lirih laras.

Rara mengerti, diambilnya telapak tangan laras diusapnya lembut. “dia akan sedih kalau kamu sedih. Dia udah bahagia di surga, dan dia mau mamahnya juga bahagia di dunia”

Laras mengangguk, lalu dengan sialnya bulir-bulir air mata itu meluncur lagi. Setiap ada uang membahas raja, laras tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terisak.

“kamu kuat” rara memeluknya, menepuk-nepuk pelan bahu laras.

--
Sudah hari ke delapan laras berada di rumah sakit. Selang infus yang tertancap di pergelangan tangannya sudah boleh di lepas. Hari itu, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Biasanya jason akan datang ke rumah sakit sebelum pukul enam sore, tapi sudah lebih dari dua jam lelaki itu belum menunjukkan batang hidungnya.

Jason akan selalu datang ke rumah sakit setelah selesai dari pekerjaannya. Semua peralatan laki-laki itu tersimpan rapih di dalam kamar rawat laras. Handuk, shampoo, sabin mandi dan juga baju ganti. Pulang pergi tidak masalah untuk Jason meski beberapa kali ia juga balik ke rumah untuk mengambil beberapa keperluannya.

Jason akan membeli makanan di luar setiap kali ia kelaparan. Hampir delapan hari jason melakukan rutinitas tersebut, dan selama itu pula laras belum juga ingin berbicara dengannya.

Sudah lebih dari dua jam mata laras tidak berhenti menatap ke arah pintu kamar, berharap Jason segera muncul dari sana. Setiap pintu itu terbuka, jantungnya berdebar cepat sekali. Ia rindu suaminya, ia rindu Jason.

"Jason lagi sama evans,bryan, Calvin ras" Helena sedang duduk di atas sofa dengan tangan mengupas kulit jeruk berujar memberitahu, seolah mengerti kecemasan adik iparnya.

Laras melirik helena sekilas, sebelum kemudian mengalihkan kembali pandangannya pada layar televisi menggantung di tembok.

"Kamu nungguin ya?"

Seketika laras jadi salah tingkah. Laras masih menutup dirinya, masih menghindar dari pertanyaan orang-orang. Laras rasanya belum bisa menerima semuanya yang terjadi pada dirinya dan juga raja.

"Cici tahu kamu terluka, kamu kehilangan dan bukan cuma kamu yang merasakan itu, kami juga. Mau sampai kapan diemin kita semua?" Helena menghela pelan.

"Jason juga sama terlukanya kayak kamu. Raja itu anak kalian"

Benarkah?

"Jason nangis... Setelah hampir gak pernah lihat dia nangis lagi sejak kecil, cici kemarin lihat jason nangis. Jujur baru pertama kali cici lihat jason sesedih itu ras.."

Tidak bisa untuk tidak melirik ke arah helena, laras menatap sang kaka ipar dalam diam dan kedua bola matanya mulai memanas.

"Dia juga kehilangan ras.. jason juga berduka. Apa yang kamu rasain Jason juga rasain. Dia nyembunyiin itu saat di depan kamu, dia berusaha kuat meski setiap kali dia keluar dari ruangan kami diam-diam dia nangis, cici tahu itu"

Penjelasan helena membuat laras mematung. Matanya mulai berkaca-kaca dengan sudut hati terasa di remas kuat. Benar, raja adalah bagian dari dirinya dan jason. Tentu saja laki-laki itu merasakan apa yang ia rasakan juga. Laras melupakan satu fakta itu,bahwa bukan hanya dirinya yang kehilangan namun jason juga.

you and me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang