BAB XXII

159 40 8
                                    

Laras sudah mengganti baju pasien dengan dress rumahan ia terlihat sudah siap untuk pulang ke rumah. Duduk di atas kursi roda, ia tidak berhenti menarik nafasnya berulang-ulang. Permintaan mama tempo hari tentang tawaran pekerjaan sudah ia pikirkan.

"Udah siap cantik?" Jason yang baru saja menyampirkan tasnya ke bahu bertanya pada laras, membuat gadis itu tersentak. "ayo"

"Tunggu"ujarnya. "Ada yang mau aku omongin"

Semua pasang mata yang ada di ruangan itu sontak mengalihkan pandangan mereka pada laras.

"Mau ngomong apa?" Mama yang menyahuti.

Mengangkat wajahnya perlahan, ia tatap satu persatu orang yang ada diruangan. Saat matanya bertemu dengan mata Jason, laras Langsung berpaling. "Hari ini aku mau pulang ke rumah mama"

Semua terdiam kecuali Jason. "Maksudnya?"

"Aku mau tinggal sama mama lagi"

Perasaan jason tidak enak. "O-ke kalo gitu nanti aku siapin perlengkapan aku untuk pindah ke sana"

"Gak usah, aku sendiri aja"

"Kamu kenapa sih?

"Aku dapat tawaran pekerjaan di Australia" mata Laras memandang ke arah jason, sorot matanya terlihat sendu. Ada rasa bersalah disana.

Jason terdiam.

"Sekarang udah gaada lagi yang menghalangi aku untuk pekerjaan itu" lidah laras keluh sekali.

Jason berdecih geli. "Menurut kamu raja penghalang?" Menggeleng tidak percaya. "Aku gak menyangka kamu bisa ngomong seperti itu"

Ya tuhan, laras ingin menangis, ingin menjerit, tapi ia tahan itu.

"Kamu boleh kerja tapi jangan pernah berfikir kalau raja itu penghalang. Dia berharga banget buat aku"

"Je.."

Jason mengusap wajahnya kasar. "Kapan berangkatnya? Perlu aku antar?"

--

Sudah lima hari laras berada di rumah mama, sebagian barang-barang laras yang ada di rumah Jason kini sudah dipindah kembali.

Sedih, laras hendak mematikan panggilan tersebut, tiba-tiba bunyi nada terangkat dari sana dan disusul dengan sebuah suara yang ia rindukan. "Hallo?

Jantung laras berdebar kuat, posisi tubuhnya yang semula tengkurap kini menjadi duduk dengan kepala bersandar di ranjang. "Jason.. apa kabar?"

"Baik, kamu?"

"Aku baik" sudut-sudut bibir latas tertarik membentuk senyuman.

"Hem"

"Aku telfon cuma mau dengar suara kamu aja, aku kangen" ujarnya diakhiri dengan warna merah di pipi. Untung jason tidak melihat itu.

"Ras"

"Iya?"

"Aku di depan, bisa keluar?"

"Ka-kamu didepan?" Laras membelak terkejut. "Serius?"

"Hem"

Astaga. Jadi laki-laki itu ada didepan rumahnya sejak tadi? Kenapa tidak bilang? Secepat itu laras mematikan sambungan itu, secepat itu pula ia melesat keluar. Membuka pintu rumah, dan benar saja ada mobil Jason terparkir disana.

Ia menghampiri mobil Jason, membuka pintu penumpang dan duduk di sana. Jason bergerak terlebih dahulu untuk menarik wajah laras lalu menciumnya.

"Apa harus aku hamilin kamu lagi? Biar kamu gak pergi?" Jason berujar lirih. "Aku gak mau kamu pergi"

you and me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang