Selfharm

262 58 4
                                    

Ahhh~ sshhh~" Perth mendesis sambil memejamkan matanya erat saat sensasi menenangkan juga rasa pedih dan sakit dari luka yang diciptakannya merambat ke otaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ahhh~ sshhh~" Perth mendesis sambil memejamkan matanya erat saat sensasi menenangkan juga rasa pedih dan sakit dari luka yang diciptakannya merambat ke otaknya.

Tangannya mengepal erat memegang cutter, Perth menggigit bibirnya untuk menahan tangisnya agar tidak pecah. Ia sengaja berdiam di toilet ujung yang jarang dipakai, tujuan nya agar tidak ada orang yang mengganggu aksinya.

"Sakit, bunda."
Bibirnya meracau pilu, ingatannya kembali melayang pada kejadian beberapa menit yang lalu saat dirinya lagi-lagi menjadi sasaran empuk para orang-orang tidak manusiawi itu.

Memang benar, lidah lebih tajam daripada silet. Nyatanya, Perth berhasil dibuat putus asa hanya dengan lontaran kalimat menyakitkan itu. Namun, Perth berusaha bertahan.

Meskipun ia tak yakin.

Anak haram!

Orang miskin gak pantes sekolah disini.

Lo pasti anaknya jalang, ortu lo hamil diluar nikah dan gak ada yang mau tanggung jawab makanya lo dibuang.

Menyedihkan, cuh!

"Tuhan, boleh aku menyalahkan takdir pemberian mu? Kenapa kau begitu kejam padaku."

Darah segar itu masih setia mengalir, lantai toilet sudah berubah warna menjadi merah. Perth tidak segan-segan melukai dirinya lebih parah kali ini. Banyak luka yang sudah dibuatnya hingga kulitnya memucat karena kehabisan darah. Ia bahkan berpikir ingin memotong urat nadinya dalam artian bunuh diri.

"Biarkan Perth merasakan sakit ini untuk terakhir kalinya, setelah ini Perth ikhlas kalo harus mati kehabisan darah."

Lambat laun pandangan nya buram, kepalanya pening dan rasa kantuk menghampiri. Perth pingsan saat itu juga.

Perth.. anak bunda kuat, kan?

Bun-da?

Iya sayang, ini bunda.

Perth kuat, kan? Jangan nyerah ya sayang. Perth harus bertahan sampai keinginan Perth tercapai.

Tapi, Bun. Perth lelah.

Enggak boleh nyerah, bunda bakal dampingi Perth.

Bunda kemana selama ini, Perth sendirian.

Maaf sayang, bunda nggak pergi kok. Bunda selalu ada di samping Perth. Cuma, kita udah berbeda sayang.

Berbeda?

Iyaa. Pokoknya Perth gak boleh nyerah! Harus semangat ya, sayang.

Bunda..

Bunda...

Bunda...

"Bundaa." Perth terbangun, matanya terbuka dengan tatapan linglung. Menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih.

PERTH TANAPONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang