Akhir?

208 45 8
                                    

Seorang pemuda bertubuh kurus itu berjalan terseok di sepanjang jalan. Kakinya sudah hampir kebas dan tidak sanggup melangkah lagi. Perth, nama pemuda itu. Ia terus melangkahkan kakinya tak tentu arah sejak kaburnya dia dari rumah sakit. Perth bahkan tidak sempat pergi ke rumahnya atau ke apartemen Mark untuk mengambil beberapa barang.

Perth hanya tidak ingin mereka menemukan nya lagi sebab Perth yakin sekarang seseorang sedang mencarinya. Tidak, Perth tidak boleh sampai di temukan olehnya lagi. Entah sudah berapa kilo meter kaki Perth melangkah dari tengah malam tadi hingga siang hari begini tanpa alas kaki. Dan sekarang kakinya rasanya sudah keram.

                         
Orang-orang disekitarnya bahkan tidak mempedulikannya karena mereka mungkin menganggapnya gelandangan atau bahkan orang gila yang kabur dari RSJ karena baju yang dikenakan berupa baju pasien rumah sakit.

                         
Perth meringis pelan saat merasa sudah tak sanggup lagi melangkah. Ia menghentikan langkahnya dan duduk bersimpuh di pinggir jalan sambil memegangi kakinya yang seperti mau patah. Belum lagi tangannya yang nyeri bekas tusukan infus, juga luka di lengannya yang kemarin sudah hampir sembuh harus terkelupas lagi akibat ikatan tambang yang dilakukan Bright cs.

                         
Ah.. mengingat kejadian itu membuat Perth sedih. Iya, dirinya tidak pernah menyangka jika seorang Bright yang diyakini orang baik ternyata hanya pura-pura. Terbawa perasaan? Yah, mungkin benar. Perth terlalu bodoh dengan menilai orang dari luarnya. Ia tertawa getir mengingat nya. Hidupnya benar-benar menyedihkan.

                         
"Perth, benar-benar akan menyusul bunda kali ini.." Perth menarik nafas panjang, lalu berusaha bangkit untuk melanjutkan langkahnya lagi, "Tolong, jangan cegah Perth kali ini, tuhan. Biarin Perth nyerah." Satu tetesan air mata jatuh terlihat di jalanan aspal yang tampak basah.

                         
Ketika semangat hidupnya benar-benar telah hilang, rasa lelah dan sakitnya juga kian menjadi, Perth yang niatnya ingin bunuh diri malah sudah terjatuh karena saking lelahnya. Seketika kegelapan menyapanya, Perth tak sadarkan diri ditengah jalanan.

                         
🐯🐯🐯

                         
Dua hari berlalu.

                         
"Besok pagi kamu berangkat ke Kanada buat lanjutin sekolah disana, Pho sudah urus semuanya,"

                         
Mark tidak menanggapi ketika sang ayah kembali membahas tentang kepindahannya ke luar negri. Dua hari ini Mark hanya diam, tidak menegur siapapun yang ada dirumah nya. Bahkan, sapaan sopan dari para pelayannya ia abaikan. Keadaan nya kacau.

                         
Makan malam terasa menegangkan saat Mark tak menanggapi ucapan sang ayah dan bersikap seakan tak menganggap ayahnya ada di meja makan. Mark hanya melanjutkan makan malamnya dalam diam.

                         
"Nanti Mae dna Pho akan sering jenguk kamu kok sayang," sang ibu berujar untuk mencairkan suasana tegang yang ada, namun nihil. Kebungkaman Mark justru semakin membuat suasana semakin berat.

                         
Mark selesai dengan makan malamnya. Ia lantas beranjak dari duduknya tanpa mengatakan apapun, dan teguran dingin sang ayah menghentikan langkahnya.

                         
"Mark!!.. kemana sikap sopan kamu yang dulu?  Pho sedang bicara dengan mu!"

                         
Pemuda tampan itu kemudian berbalik, menatap ayahnya sambil menyunggingkan senyum tipis. Sebuah senyum paksa yang memiliki makna tersirat, "Mark ngerti, pa.." balasnya pelan.

PERTH TANAPONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang