Perth hanya pasrah saat Mark membawanya berlawanan arah dengan arah jalan ke rumahnya. Ia pikir Mark akan langsung membawanya ke apartemen , namun dugaannya salah saat mereka justru berhenti di depan rumah besar nan megah yang membuatnya bertanya-tanya.
"Mark, kita dimana?" tanya Perth pelan begitu mobilnya berhenti di halaman luas rumah tersebut.
Yang ditanya malah tertawa geli, "Menurut lo kita dimana?"
"Kok malah balik nanya, sih." Perth memajukan bibirnya kesal akan jawaban Mark yang terdengar bercanda.
Lalu, Mark pun tertawa geli. "Ini rumah Pho ku," sambil membantu Perth melepas sabuk pengaman nya, "Ayo masuk."
Sementara Perth sudah terkejut sekali mendengar jawaban Mark. Perth tidak menyangka jika Mark seorang sekaya ini dengan gaya rumah seperti istana saat mengingat gaya hidup Mark yang sederhana. Maksudnya, dibandingkan anak-anak lain yang sombong akan kekayaan orangtua mereka, Mark justru sebaliknya. Pemuda eye smile itu selalu sederhana dengan segala penampilan. Dan bersikap biasa saja seakan dia hanya orang biasa yang hidupnya normal-normal saja.
Sempat terbengong sejenak, teguran Mark kembali membuyarkan lamunannya, "Perth, ayo turun, malah ngelamun."
Perth tersentak, lalu tersenyum canggung setelahnya keluar dari mobil. "Mark, ini rumah kamu gede banget." ujarnya kagum.
Dipandanginya bangunan megah nan kokoh didepannya dengan design yang sangat keren. Demi apapun Perth dibuat ternganga dengan ini.
Kemudian terdengar tawa kecil dari Mark yang gemas, sambil mengacak rambut Perth, "Ini rumah orangtuaku, bukan rumahku," balasnya tersenyum.
Perth ikut tersenyum. Sudah ia duga, Mark memang orang yang berbeda. Ia sama sekali tidak menyombongkan apa yang bahkan dimiliki orangtuanya. Anak lain jelas akan menyombongkan diri saat menyadari kepemilikan itu milik orangtuanya, tetapi Mark berbeda.
"Ayo masuk," entah sudah ke berapa kalinya Mark mengajak Perth masuk, namun si manis hanya bergeming ditempat nya.
"Kenapa?" tanya Mark heran.
"B-bukannya kita ke apartemen mu?"
"Iya, kerumah dulu ambil baju. Gue belum bawa baju ke apartemen soalnya baru sewa kemaren," jelas Mark sekenanya. Tangannya bergerak menggandeng tangan Perth sebelum melangkah masuk, "Gak usah takut, orangtuaku gak galak kok." katanya sambil terkekeh.
Sementara Perth hanya pasrah saja saat tangannya sudah digenggam hangat oleh Mark. Jantungnya kembali bermasalah, degupan tak santai itu benar-benar mengganggu Perth. Ia jadi semakin gugup.
Sambutan sopan dari beberapa pelayan adalah yang pertama Perth terima. Pelayanan-pelayanan itu bahkan membungkuk dalam atas kehadiran Mark dan dirinya sambil menyapa ramah. Perth yang tidak biasa diperlakukan seperti itu pun jadi merasa canggung dan tidak enak.
"Aden bawa temen?" sapa salah satu pelayan sambil melihat Perth.
Mark mengangguk sambil tersenyum ramah, "Iya, bi. Papa sama mama ada?" tanya nya balik.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERTH TANAPON
Fanfiction"Aku kuat karena aku adalah Perth." - Perth Tanapon. Mengandung unsur yaoi bxb gay dan sejenisnya. Tidak suka silahkan menyingkir ^^ Remake dari karya ka @NANAnunaninunu