Perth menghembuskan nafasnya sesaat sebelum memasuki lingkungan sekolah. Tempat yang menurutnya sudah seperti neraka baginya. Jika boleh memilih Perth ingin sekali berhenti sekolah agar tidak mendapatkan cacian-cacian mereka lagi. Tapi... Perth mempunyai cita-cita untuk merubah hidupnya kelak, agar ada satu orang saja yang menerima keberadaan nya. Maka dari itu, Perth harus bertahan hingga keinginannya tercapai, kan?
"Hufftt..."
Sekali lagi tarikan nafas Perth ambil. Dengan berat ia langkahkan kakinya memasuki area sekolah. Namun baru satu langkah yang Perth ambil, seseorang menyenggol bahunya dengan sengaja saat melewatinya.BRUK!
"Ops, gak liat."
Dan orang itu berlalu begitu saja tanpa menoleh atau meminta maaf karena telah menabrak nya. Lihat? Bahkan hari nya baru dimulai, Perth sudah disambut dengan perlakuan seperti itu. Dan Perth sudah menerimanya setiap hari seperti makanan sehari-hari.Perth melanjutkan langkahnya menuju loker. Sesampainya di loker, ia membuka pintu loker untuk menaruh sebagian bukunya disana. Lagi -lagi loker nya dipenuhi sampah makanan dan coretan-coretan berbunyi tidak manusiawi. Ini juga salah satu makanan Perth setiap harinya, dia tidak pernah mendapati lokernya bersih layaknya milik yang lain. Selalu ada yang menjahilinya.
Anak haram!
Enyah aja lo!
Sampah sekolah!
Ga pantes sekolah disini!
Temui gue di toilet!
Coretan-coretan itu Perth abaikan, sudah terlalu kenyang menerimanya. Perth hanya membersihkan loker nya dari sampah-sampah makanan tersebut karena coretan tadi ditulis dengan spidol permanen.
Usai meletakkan sebagian bukunya, dia menutup lokernya kembali. Seketika Perth berjengit kaget saat dikejutkan oleh segerombolan siswa laki-laki berdiri disamping lokernya.
"Heh anak haram. Masih betah lo sekolah disini?" ujar Bright sambil melipat tangannya didepan dada dengan angkuh menatap remeh Perth.
Perth hanya diam tidak berniat meladeni. Mereka anak-anak orang kaya yang seenaknya pada siswa beasiswa seperti dirinya. Alasan Perth tidak melawan karena ia tidak ingin terjerat masalah disekolah yang akan mengancam beasiswa nya dicabut.
"Kalo ditanya itu jawab, tolol!" Ohm maju menoyor kepala Perth hingga terkatuk ke dinding loker.
DUK!
Satu tendangan di tulang kering juga Perth terima. Ia meringis menahan rasa nyeri yang menjalar di tulangnya, namun dia tetap diam.
"Ck.. percuma ngomong sama dia, bisu kali." sahut yang termuda, Chimon.
"Atau takut?" Nanon ikut menimpali.
"Istirahat nanti temuin gue di kantin, awas kalo lo gak dateng!" Bright mengancam sambil menunjuk wajah Perth. Setelahnya sekomplotan anak nakal itu berlalu pergi meninggalkan Perth.
Perth menarik nafas lega begitu mereka pergi. Beruntung mereka tidak melakukan tindakan berlebihan seperti biasanya. Meski kakinya menerima tendangan tapi itu tak apa, Perth masih bersyukur dirinya tidak berakhir dengan seragam yang basah diguyur air bekas pel. Pasti merepotkan.
Ia pun berjalan menuju kelas. Dirinya selalu menjadi pusat perhatian di manapun berada. Orang-orang selalu melihatnya dengan pandangan merendahkan. Bisikan-bisikan jahat itu terus menggunjingkan namanya. Perth berjalan biasa saja, berusaha mengabaikan cercaan itu meski hatinya merespon.
Sesampainya dikelas Perth menuju bangkunya yang terletak di paling belakang pojok kanan. Mengabaikan tatapan-tatapan tak nyaman dari teman satu kelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERTH TANAPON
Fiksi Penggemar"Aku kuat karena aku adalah Perth." - Perth Tanapon. Mengandung unsur yaoi bxb gay dan sejenisnya. Tidak suka silahkan menyingkir ^^ Remake dari karya ka @NANAnunaninunu