Hari ini Mark tidak melihat Perth sejak jam istirahat tiba. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi, bertanya ke kelas Perth pun tidak ada yang tau. Mark paham, Perth memang anak terkucilkan jadi mereka tidak peduli ada atau tidaknya Perth. Dirinya yang panik tidak sempat mencari di sekitar sekolah luas itu sehingga ia langsung melesat ke apartemen karena berpikiran mungkin saja Perth pulang lebih dulu karena kondisinya?
Namun.. begitu ia sampai di apartemen Perth tidak bisa ditemukan. Bahkan tanda-tanda seseorang masuk pun tak ada. Semuanya tampak normal masih seperti tadi pagi saat mereka tinggal ke sekolah. Mengecek lemari pakaian pun masih utuh.
Sekarang Mark semakin dibuat khawatir oleh hilangnya sosok Perth. Mark pun menghubungi Win untuk membantunya mencari Perth. Mereka mencoba mengecek rumah Perth dan tidak juga ditemukan disana.
"Perth.." erangnya frustasi.
Kenapa Perth senang sekali menghilang tiba-tiba. Mark tidak mau kejadian kemarin terulang lagi saat Perth menghilang dan ditemukan tak sadarkan diri di kamar mandi. Tidak, Mark segera membuang pikiran-pikiran buruk itu.
"Mungkin dia kerumah sodaranya?" Win menerka asal dan mendapat gelengan dari Mark.
"Lo gak lupa kan, Perth gak punya siapa-siapa." jawabnya cemas.
Win menggumam ragu, "Masa iya bener-bener nggak punya siapa-siapa?" Mark mengangguk yakin. Dan Win menghela nafas pasrah.
Mereka terdiam. Memikirkan dan menerka kira-kira kemana perginya Perth. Namun nihil, mereka sama sekali tidak tau banyak tentang Perth.
"Besok aja lapor ke pihak sekolah," saran Win pada akhirnya. Hari semakin larut dan mereka tidak mungkin mencari Perth yang bahkan tak tau dia dimana.
Sebenarnya, Mark ingin menemukan Perth malam ini juga. Tapi Win benar, dia tidak mungkin memaksa diri untuk mencari pemuda itu.
Sementara itu di tempat lain.
"B-bunda..."
Perth merintih saat dirinya sudah benar-benar lemah. Bajunya yang basah membuatnya menggigil hebat. Wajahnya sudah memucat, bibirnya membiru. Perth seperti diambang hidup dan mati. Ditambah ia belum makan dan minum dari pagi.
Didalam ruangan yang gelap gulita dan kumuh Perth berdoa. Ia berharap ini penderitaan terakhir yang ia dapatkan, ia ingin saat dirinya menutup mata nanti, dia rerbangun di alam tempat bundanya berada. Perth lelah, tidak ada harapan untuk hidup lagi saat ia sadar tidak ada satupun orang yang mengharapkan kehadirannya di dunia.
"Perth.. mau ikut bunda aja. Boleh, ya?"
Perlahan.. racauannya melemah. Perth sudah lelah bahkan hanya sekedar bernafas pun sudah sesak. Ia mengulas senyum tipis sebagai pengantar tidur sebelum dirinya terlelap dalam kegelapan.
🐯🐯🐯
Bright bergerak gelisah di tempatnya. Pikirannya terus-terusan pada sosok Perth yang mereka sekap tadi. Sungguh dia sadar itu perlakuan paling kejam yang mereka lakukan. Bahkan melihat Perth yang masih tampak pucat karena baru keluar dari rumah sakit pun tidak membuat teman-temannya iba melihat Perth.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTH TANAPON
Fanfiction"Aku kuat karena aku adalah Perth." - Perth Tanapon. Mengandung unsur yaoi bxb gay dan sejenisnya. Tidak suka silahkan menyingkir ^^ Remake dari karya ka @NANAnunaninunu