"pagi pih.." sapa Faya saat melihat papinya sedang duduk meminum kopi di ruang tv
"Pagi juga sayang" balas sang ayah
Kemudian Faya melanjutkan langkahnya ke meja makan sambil memperhatikan Nana mempersiapkan sarapan.
"Sarapan dulu, ini udah siap" ucap Nana
"Makasih Nana" Faya duduk di kursi makan dan memulai sarapannya
Tak begitu lama sang ayah menghampirinya dan duduk di sebrang Faya
"Fay.. ginama kuliahmu?" Tanya sang ayah tiba tiba
"Baik.. bukannya papi direktur harusnya tahu bagaimana kehidupan kuliahku" ucap Faya meledek bercanda
"Justru karena papi direktur jadi bukan cuman mahasiswa saja yang jadi fokus utama papi" jawab sang ayah
Faya hanya diam dan melanjutkan makannya
"Kamu ingin belajar mandiri?" Pertanyaan yang tiba tiba kembali keluar dari sang ayah
"Maksud papi?" Faya menghentikan makannya
"Kamu bisa tinggal di apartemen dekat kampus jika kamu mau. Papi akan belikan yang kamu mau" ucap ayah Faya dengan santai tanpa memalingkan pandangan dari tv
"Maksud papi apaan sih" Faya pura pura tidak mengerti
kenapa secepat ini?
"Atau kamu mau rumah baru?" Sang ayah kembali memberi pilihan
Faya pun semakin tak habis pikir mengapa ayahnya mendadak memberinya pilihan seperti itu
"Nanti aku kirim alamatnya, beli saja persis yang aku mau" ucap Faya sambil beranjak dari tempat makan dan meninggalkan ayahnya tanpa sepatah katapun lagi
****
"Awww.."
"Sakit.."
"Udah kak"
Karel meringis kesakitan tapi Faya tidak meresponnya dia tetap saja meneruskan aksinya mengompres lebih tepatnya memukul kaki Karel dengan es batu
"Semua pasti gara gara si Zara sialan!!!!" Teriak Faya
"Aaaaaaaaaa!" Karel kembali kesakitan
"Aduh..maaf..maaf gue gak sengaja" Faya baru tersadar ada yang tersiksa karena amaranya itu
"Kak Faya kenapa sih!" Karel kesal
"Jangan kepo. Anak kecil mending jangan banyak gerak dulu biar cepet sembuh" ujar Faya
"kenapa sih bilang anak kecil terus, aku udah gede aku kan pacar kak Fay....ya" Karel mendadak malu sendiri karena menyebut dirinya pacar Faya
"Cie pacar gue..mana sini pacar gue yang paling hot itu" Faya mulai bercandain Karel
"Apaan sih" ujar Karel so cool
"Yaudah buktiin dong kalo lo pacar gue" Faya menantang Karel
Kemudian Karel mengisyarat kan agar Faya mendekat ke arahnya yang sedang selonjoran di atas kasur
Faya duduk di sebelah Karel, kemudian dengan lembut Karel memeluk Faya sambil mencium keningnya
"Kakak kenapa sih gak pernah anggap aku serius. Aku tuh pacar kak Faya kan? Selalu aja ngomong nya gue elo. Selalu aja bercandain, dan selalu aja gak pernah bikin aku tenang cuman karena pake baju seksi terus" ucap Karel sambil mendekap Faya dalam pelukannya
Faya tersenyum mendengar perkataan Karel, ternyata perkataan Karel memang semuanya benar.
"Terus lo gak terima apa adanya gue gitu?" Tanya Faya yang masih di peluk Karel
"Terima dong. Justru kalo kak Faya biasa biasa aja kayak cewek pada umumnya, aku mungkin gak tertarik sama kak Faya" Karel tersenyum
"Bagussss pinter juga" Faya menepuk nepuk punggung Karel
"Tapi..." Karel masih melanjutkan pembicaraan nya
"Tapi apa?" Faya penasaran
"Kakak bisa kan kalo nanti mau masuk kamar aku ketuk pintu dulu..dan lagi.. kakak bisa kan di lupain kejadian kemarin" Karel memohon
Faya pun menahan tawanya
"Lupain?" Faya melepaskan pelukan Karel
Karel mengangguk
"Duh gimana dong, gak bisa rel, habisnya terlalu jelas lihatnya" Faya tak bisa menahan tawanya lagi
"Tuh kan!" Karel kesal dan menjadi malu kembali mengingat kejadian kemarin wajahnya pun menjadi merah
"Iya iya, gue lupain.. gue udah lupa kok. Beneran. Gue udah gak inget lo punya tahi lalat di pantat lo" jelas Faya
"Itu inget!" Karel semakin terkejut
"Enggak! gue lupa kok! Gue juga gak inget kalo lo ternyata putih bersih kayak dedek bayi" jelas Faya lagi
"Tuh kan!!Udah ah!" Karel kesal dan memilih tidur
"Loh kok ngambek sih sayang kuu" Faya tersenyum jahil
Emang paling seneng kalo udah godain dedek ganteng nih...
"Rel...udah dong jangan ngambekan" Faya memohon
Namun Karel masih merajuk
Kemudian terdengar pesan masuk di hp Faya
Ternyata pesan dari ayah Faya, dia sudah membelikan apartemen sesuai yang Faya mau
"Gue bener bener diusir nih gara gara mak lampir itu, dia mau jadi nyokap gue? Gak akan pernah bisa!" Kesal Faya
"Dia pikir bisa nguasain rumah gue apa!" Faya masih kesal
"Gue pulang yah" ucap Faya pada Karel
"Jangan!" Karel menahan Faya
"Nanti kesini lagi, ada urusan sama Zac sebentar"
"Zac lagi" Karel kesal
"Sebentar aja. Yah.." Faya mencium pipi Karel lembut
"Yaudah" kata yang terasa menyakitkan diucapkan Karel namun tidak berarti apa apa bagi Faya
Karena Faya langsung beranjak pergi tanpa melirik Karel sedikitpun