15

4.7K 180 14
                                    

Karel dari tadi terus memegang lengan Faya agar tidak memasuki kamar Zac.

Padahal Zac sudah setengah jam yang lalu masuk ke kamar untuk tidur. Tapi Faya masih di ruang tv ditahan Karel dengan segala alasannya agar Faya tidak menemani Zac.

"kamu tidur di kamar sebelah Rel" tunjuk Faya pada sebuah pintu

"kakak?" tanya Karel

"Zac sakit panas kasian dia tidur sendirian,aku tidur di kamar Zac"

Karel terdiam, dia hanya memandang Faya dengan resah.

"aku sama kak Zac, kak Faya di kamar sebelah aja. Gimana?" Karel seolah negosiasi

"gabisa karel!" faya sedikit menaikkan suaranya

"kenapa gak bisa. Aku bisa kok jagain orang sakit. Sakit panas aja kan. Tinggal kompres kan"

"bukan gitu.. Masalahnya.."

"kakak kan perempuan, gak baik tidur di kamar laki laki" terlihat wajah kesal Karel

"ini masalah nya beda rel"

"beda apa nya sih.. Pokoknya kak Faya jangan tidur di sana" tunjuk karel ke arah pintu kamar Zac

"kamu kenapa sih rel. Rewel banget tau gak! kayak anak kecil" Faya mulai kesal

Mendengar itu Karel melepaskan tangan nya dari Faya. Dia menjadi diam setelah Faya berbicara seperti itu

"aku memang selalu di anggap anak kecil kan sama kakak!" ucap Karel sedikit kesal

Faya kaget karena baru kali ini melihat karel kesal

"bukan gitu maksud gue rel.."

"aku memang anak kecil" ucap Karel sambil bangkit dari duduknya

"eh... mau kemana?" Faya memegang lengan Karel

"pulang" jawab Karel dengan dingin

"ini jam 1 malam" cegat Faya

"anterin aku.. atau kak Faya tidur di sini bareng Zac? " tanya Karel meminta Faya memilih salah satu diantara Zac dan dia

Aduhh ini gimana sih.. Gue jadi pusing gini punya urusan sama bocah..

Gue gak bisa ninggalin Zac cowok yang paling setia sama gue..

"Gue gak bisa ninggalin Zac" ucap Faya ragu

Karel menganggukan kepalanya tanda mengerti

"mungkin kakak memang terbiasa tidur dengan semua laki laki" ucap Karel dingin

Karel memandang Faya dengan kecewa dia melangkah pergi dan benar benar keluar dari apartemen Zac

Faya berdiri mematung mendengar kalimat terakhir yang karel ucapkan. Dari sekian banyak laki laki yang berbicara seperti itu pada dia. Tak ada satupun yang membuatnya sakit hati. Tapi saat kata itu diucapkan Karel, kalimat itu begitu menyakitkan.

"kenapa sih lo rel?"
___

Faya berbaring di samping Zac, sesekali dia memeriksa suhu tubuh Zac.

"cepet sembuh Zac" faya memeluk Zac dan mencoba memejamkan mata

Setelah setengah jam memejamkan mata Faya masih tidak bisa tertidur juga

Banyak sekali yang di pikirkan Faya, terutama anak SMA yang tadi nekat kabur tengah malam

"tuh bocah! Kenapa juga pulang jam segini. Bikin khawatir aja" ucap Faya di sela kantuknya

Zac terbangun dan memeluk Faya dengan erat

"kemana anak lo?" tanya Zac

"dia pulang, acara ngambek segala"

"dia cemburu Fay" ucap Zac

"jangan ngawur.. " balas Faya sambil larut dalam lamunannya. Mengingat Karel yang berbeda dari biasanya.

Karel bisa marah juga..

___

Pagi hari Faya pamit dan pulang.

Dia membuka pintu rumah, mendapatkan papinya sedang duduk di kursi ruang tv sambil menonton.

"dari mana anak perempuan baru pulang pagi hari" ayah Faya membuka suara

"nginep di rumah teman" balas Faya cuek

"teman laki laki?" tanya ayahnya sinis

"iya" Faya balas dengan acuh

"papi tidak membesarkan mu menjadi perempuan murahan Faya!" ayah Faya berdiri dan membantingkan remot tv

Faya tersenyum tipis

Dan kemudian berjalan melewati ayahnya

"sia sia aku membesarkan mu" ucap ayahnya menggores hati Faya

"Membesarkan ku? Aku rasa tidak ada satupun dari kalian yang membesarkan ku" balas Faya dengan kurang ajar

"jangan kurang ajar kamu sama orang tua" bentak sang ayah

"Faya sudah lama mati pih, Faya sudah lama gak ada sejak kalian cerai!" ucap Faya dengan sedikit air mata yang mengenang di sudut matanya

"Faya!!"

"kalian dengan mudah berpisah dan meninggalkan Faya. Bahkan papi yang serumah dengan Faya masih meninggalkan Faya karena pekerjaan. Apa papi sadar papi punya anak?"

Ayah Faya terdiam memandang anaknya yang kini sedang meluapkan amarah.

Dia rindu, tapi tidak mampu mengatakannya.

Dilihatnya gadis kecilnya yang kini sudah besar, menangis dan marah seolah memberontak.

Faya sangat sering di marah oleh nya selama beberapa tahun ini. Dan baru kali ini dia membuka mulut saat tengah dimarahi.

"kamu seperti ibumu!" ucap ayah Faya kemudian pergi tidak menghiraukan tangis anaknya

"papi jahat" ucap Faya di sela tangisnya.

Faya rindu papi..

FAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang