5

66 11 0
                                    

NAMA:                         ZEUS ALBERTOUMUR:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


NAMA:                         ZEUS ALBERTO
UMUR:.                        31 TAHUN
GOLONGAN DARAH:  UNKNOWN-

***


"Aku mohon-!! Zeus pergilah!" Teriak Oliv

Zeus mentertawakan wanita di depannya yang terlihat menyedihkan.

"Aah-benar. Kau harus menjaga putrimu mulai saat ini, mungkin saja sekarang dia sudah mati." Ujar Zeus santai, mata Oliv terbelalak sempurna

"Apa maksud mu? Katakan Zee!!" Teriak Oliv menarik kerah Zeus kini giliran Andrew yang menenangkan emosi istrinya. Zeus anaknya benar-benar kelewatan kali ini.

"Kau boleh membenciku! Tapi jangan sakiti gadis tidak bersalah itu! Dia tidak tahu apa-apa. Dia hanya gadis baik dan polos-," ucap Oliv tersedu-sedu, air matanya tak pernah berhenti mengalir.

"Dia tidak tahu apa-apa,," lirih Oliv terduduk lemas  di bawah kaki Zeus. Andrew ikut memeluk istrinya, ikut merasakan sesak dan sakit yang di rasakan istrinya.

"Zee. Pergilah jangan pernah datang lagi ke rumah ini." Ucap Andre tanpa melihat wajah anaknya

Zeus melangkah dengan kaki lebar untuk keluar dari rumah yang penuh dengan kotoran. Amarahnya selalu muncul dan tak terkontrol jika hal itu menyangkut wanita murahan itu. Saat ini Zeus butuh tempat untuk menenangkan dirinya. Dia butuh seseorang untuk menghilangkan penat di kepalanya, dan clubing menjadi pilihan terakhirnya.

***

Pandu,Daniel dan Andin sedang sibuk membuat api unggun namun sejak tadi apinya tak menyala. Asap pun tak ada. Andin menyugar rambutnya yang kusut, menatap malas kedua lelaki tak berguna di depan matanya.

"Kalian benar-benar tidak pernah ikut berkemah saat pramuka ?" Tanya Andin tak percaya

"Pernah, tapi kan kita nyalainnya pakai korek. Jadi gampang." Sahut Daniel dengan angkuhnya namun di mata Andin lelaki itu terlihat seperti orang bodoh.

Andin meringis kesal," Aaah sudahlah. Aku tidak peduli! Aku kesini memang untuk bunuh diri, tapi kenapa harus bertemu lelaki seperti kalian." Teriaknya kesal

"Hei nona! Seharusnya kau berterima kasih, kami sudah menyelamatkanmu. Jika tidak, kau sudah mati kedinginan." Jawab Pandu  ikut kesal, Daniel mengelus dada bidang Pandu mencoba agar menenangkan sahabatnya.

Pandu menepis tangan itu kasar, "Jika tidak ada kami pun, kau pasti sudah di makan hewan buas! Benar, jika ingin pergi, pergilah. Kau hanya menyusahkan kami, membantu tidak!" Sembur Pandu masih kesal.

Andin tertegun dan merasa tak enak,
"He-hei, kau pikir aku mengatakan hal yang serius? Ha-ha aku bercanda kawan." Ucap Andin kaku dan langsung merangkul kuat dua lelaki yang lebih tinggi darinya. Pandu refleks wajah mereka saling menyentuh. Terasa dingin.

WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang