author gemesin<( ̄︶ ̄)↗

59 9 1
                                    

Selamat malam semuanya (*❛‿❛)→

Ikutin petunjuk author ya, kalo aku suruh komen kalian wajib komen.

Kalo aku suruh like( ˘ ³˘)♥ kalian ajib like! And  SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA!!!
(~ ̄³ ̄)~

JADI AKU SANGAT MENGHARAPKAN CINTA DAN DUKUNGAN KALIAN SEMUA CINTA~KUUHH ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡.

NEXT CHAPTER DI BAWAH SAYANGKU(っ˘з(˘⌣˘ )...

***

Andin berdiri menatap dirinya di depan cermin,wajah pucat nya membuatnya terlihat seperti mayat hidup. Panggilan Oliv membuatnya menoleh ke arah pintu.

"Mari, ayahmu akan di kebumikan sekarang." Ucap Oliv rendah masih berdiri di ambang pintu mengenakan pakaian serba hitam persis seperti warna hidup Andin yang suram.

Andin tidak mengharapkan wanita di depannya berhamburan memeluknya, pikirannya membuat Andin mentertawakan dirinya sendiri. Dirinya sudah menanamkan  dalam-dalam untuk tidak mengharapkan wanita itu kembali. Karena di mata Andin Oliv tidak mungkin bisa meninggalkan pria tua bangka itu.

Andin diam begitu saja melewati tubuh Oliv.
Oliv tertegun merasa bersalah namun apalah dayanya, dia sudah cukup menyakiti perasaan putrinya. Jika bicara pun sama saja ia membuat luka baru untuknya. Oliv berpikir dirinya sudah gagal menjadi seorang ibu.

Semua orang berkumpul menyaksikan detik-detik terakhir pemakaman Aldi, Oliv bersama keluarga barunya pria tua, Pandu.

Andin hanyut dalam pikiran kosongnya memandangi tubuh ayahnya yang sudah di timpuk tanah sedikit demi sedikit. Hingga tubuh Ayahnya benar-benar tertelan bumi.

"Kau sudah makan?" Tanya Oliv ragu menatap tubuh Andin yang sudah terlihat tak terurus

Andin menatap Ibunya dan tersenyum palsu, "Apa peduli mu? Kau bahkan bukan ibuku lagi. "

"Din, dia ibu kamu. " Sela Pandu tak terima perlakuan tak sopan Andin. Dia baru tahu bahwa Olivia adalah ibu kandungnya Andin, yang artinya sekarang dia pun mempunyai ikatan sebagai kakak sambungnya. Meski masih tak terima bahwa wanita yang begitu gila di depannya akan menjadi bagian keluarganya.

Andin tersenyum palsu lagi, "Kenapa? jika kalian tidak ada urusan lagi, silahkan pergi." Usir Andin cepat

"Seharusnya kamu hormati ibu kandungmu, dasar wanita keras kepala." Balas Pandu

"Jangan sok ikut campur, kamu nggak tahu apa-apa." Desis Andin

"Benar-benar wanita gila."

"Sudah,, sudah,, kenapa kalian harus bertengkar di tempat sakral seperti ini. Tidak baik." Potong Andre mencoba melerai pelan

Andin menatapnya tajam, "Bisakah kalian pergi saja, tidak cukupkah membuat hidup Andin menderita? Saat-saat terakhir seperti ini saja kalian masih-,," Andin menghela nafasnya dalam

"Aku akan memanggilmu ibu untuk yang terakhir kalinya. Aku mohon, bawa mereka semua pergi dari sini. Semuanya sudah berakhir bukan? Jadi aku mohon,biarkan kami hidup bahagia dan tenang." Kata Andin pelan

Oliv terlihat tak bisa menerima perkataan anak semata wayangnya namun Andre sejak tadi menatap kearahnya, "Nak,," Seru Oliv mendekati tubuh Andin memeluknya untuk yang terakhir kalinya.

"Maafkan ibu,," bisik nya pelan mengelus rambut lurus Andin. Pelukan itu begitu erat seakan Oliv tak mau melepaskan anaknya dan ingin melindunginya namun deheman Andre kembali menyadarkannya.

"Kamu sudah tumbuh begitu besar, ibu harap kamu tidak akan merasakan kehidupan yang sial di hari esok." Ucap Oliv sembari melepas pelan pelukannya

"Ma, kita tinggalkan tempat ini." Kata Pandu memegang pundak Olivia

"Baiklah, mari kita pergi."

Tubuh Andin merosot begitu saja ketika tubuh semua orang sudah tak terlihat. Rintikan hujan kembali membasahi tanah yang basa, keadaannya sekarang sangat menyedihkan. Cuaca mendung bersama suara gemuruh. Sangat buruk!!  Seperti gambaran hidupnya saat ini, begitu suram. Andin hanya membutuhkan seseorang saat ini. Sebagai tempat untuk menyalurkan semuanya.

Kaki jenjang Zeus berdiri di samping Andin lengkap dengan payung di atas mereka, membiarkan seluruh tubuhnya basah kuyup.

"Kenapa kamu lagi?" Tutur Andin menatap Zeus kecewa sekaligus merasa tak enak.

"Mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi takdir." Ucap Zeus menatap lekat wajah Andin

***
Usai perkabungan itu selesai Andin hanya diam membisu, dia hanyut dalam lamunannya lalu kembali menangis tanpa suara.

Dia sendirian di rumah yang semula ia tinggali dengan mendiang ayahnya. Sesekali memukuli tubuhnya masih merasa bersalah.

"Apa yang perlu Andin lakukan sekarang? Andin bahkan nggak punya tujuan lagi! Semuanya pergi! Ninggalin Andin." Isak nya serak

"Apa saat ini tubuhku tak terlihat?"

"Kenapa belum pergi?"

"Tidak baik membiarkan seorang wanita menghuni rumah sendirian. Kamu tahu kan? Saat ini banyak sekali pencuri yang masuk." Oceh Zeus

Lelaki itu tidak pernah meninggalkan rumah itu sejak beberapa jam yang lalu, masih setia menunggui Andin di dalam rumah. Niat untuk menenangkan dirinya namun Zeus masih saja mencoba mengomelinya.

"Kamu masih belum mau bukain pintu?"

Andin sengaja tak menjawab namun dalam sekejap pintu terbuka lebar.

"Kamu sinting?! Kenapa berani membuka pintu?" Teriak Andin

"Jangan menganggap ku seperti hantu, aku tidak suka diabaikan.

WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang