7

55 7 0
                                    

Tubuh tegap Zeus terbalut kemeja kerjanya namun sengaja ia lipat hingga lengan. Zeus melonggarkan dasinya merasa sedikit tercekik karena mendengar tentang kabar adik bungsunya yang akhirnya di temukan dalam keadaan selamat.

Zeus melempar asal berkas yang sejak tadi ia pegang, memporak-porandakan setiap barang di depannya. Menghancurkan segalanya jika keinginannya tidak tercapai . Percuma jika selama ini ia membayar mahal orang-orang suruhan ayahnya agar berbohong tentang kematian Pandu.

Zeus merogoh ponsel di sakunya cepat, wajah yang selalu tersenyum hangat di depan semua orang kini terlihat sangar dan buas.

"Jelaskan apa yang kalian dapatkan?" Ucapnya ketika sambungan terhubung

"Kami masih berada di tempat kejadian, Bos. Namun, Tuan Pandu kembali menggunakan perahu kecil bersama temannya." Jelas anak buah Zeus kaku

"Saya tidak peduli dia bersama siapa! tapi bagaimana kalian bisa lengah. Anak itu kini kembali lagi dalam keadaan hidup! Apa kalian bekerja untuk tidur?! " Teriaknya berkacak pinggang

"Kalian semua akan membayarnya." Desis Zeus langsung melempar ponselnya ke arah tembok. Benda itu hancur seketika tak peduli berapa harga dan jumlah angkanya

Zeus melebarkan langkahnya pergi keluar dengan wajah merahnya orang-orang tak berani menyapa. Karena dia seorang CEO disini.

***

"Kepala ku sakit." Andin langsung bangun dari tempat tidurnya memijit kepalanya yang terasa akan pecah. Dimana dia sekarang? Sadar akan aroma obat-obatan membuat perutnya semakin mulas. Apakah memang benar Andin hanya bermimpi? Selama beberapa hari merasakan kehidupan zaman purba. Andin menggeleng cepat, mensyukuri jika dia hanya bermimpi buruk.

Andin berjalan pelan karena penglihatannya masih terasa buram. Andin terkejut mendapati dua lelaki yang nyata ia temui di dalam mimpinya. Apa benar-benar ia tenggelam? Dan di selamatkan mereka?

Daniel yang menyadari kedatangan Andin langsung tersenyum bagai kuda ke arah Andin.

"Ternyata aku benar-benar mengalami kejadian buruk itu." Gerutu Andin mendekati dua orang lelaki yang akhir-akhir ini menemaninya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Pandu ikut sadar, wajahnya terlihat lelah.
Apa mereka menungguinya? Andin langsung duduk di sebelah Pandu.

"Kamu benar-benar hampir membuatku mati. " Desis Andin meninju bahu Pandu dengan sekuat tenaganya yang bahkan tidak terasa sama sekali.

"Tapi syukurlah kamu masih selamat, saya dengan Pandu berpikir tidak bisa menemukanmu di bawah danau tadi."
Jelas Daniel ngeri

"Tempat itu benar-benar dalam." Sambung Daniel memeluk tubuhnya sendiri

"Maafkan saya, " Ucap Pandu terdengar berbisik

"Aku tidak bisa mendengar mu." Ejek Andin semakin mendekatkan telinganya ke wajah Pandu

"Maafkan saya! Kau puas!"

Andin langsung menjauhkan telinganya yang terasa panas dan berdengung.

"Aahh- telinga ku sakit." Rengek Andin menatap tajam Pandu

"Saya benar-benar berpikir, kamu bisa berenang." Ucap Pandu ragu, Daniel yang mengerti situasinya pamit untuk pergi lebih dahulu meninggalkan mereka di ruangan yang masih ada orang lain berlalu lalang karena mereka berada di luar kamar inap.

Andin menghembuskan nafasnya pelan, " Aku bisa saja menuntut mu, kau ingin membunuhku." Seketika tubuh Pandu tegang dengan wajah yang terkejut.

"Wajahmu pucat, Pan. Aku hanya bercanda kawan. " Kekeh Andin sedikit ragu melihat wajah Pandu yang langsung terlihat pucat pasi.

"Hei- aku hanya bercanda. Aku yang terluka kenapa kau yang terlihat hampir mati." Celoteh Andin bingung

"Ma-maafkan saya." Racau Pandu

"Kamu lumayan lebay, tunggu sebentar disini." Andin meninggalkan Pandu dan membuatnya kebingungan

Andin kembali dengan membawa air minum memberikannya langsung untuk Pandu.

"Aku tahu kamu lelah, minumlah."

"Aku tidak ingin minum." Tolak Pandu dingin

"Kamu pikir aku orang bodoh, jangan menyakiti diri sendiri. Ini-" Andin langsung mengalihkan air itu ke tangan Pandu

"Apa yang kamu-"

"Berhenti bertanya. Ketika ada orang yang peduli terhadapmu,berhenti bertanya atau jangan memarahinya balik. Cobalah untuk menghargai sedikit." Ujar Andin menatap lekat Pandu membuat hati Pandu sedikit merasakan desiran aneh.

Pandu menatap Andin sendu, " Apa kau bisa minum sendiri? Atau masih perlu bantuan ku?" Ucap Andin sinis mengembalikan kesadaran Pandu

"Terima kasih." Ucap Pandu langsung menghabiskan minuman itu dalam satu tegukan

Andin tersenyum kecil, "Kau sudah menghubungi keluargamu? Mereka pasti mencari mu. " Ucap Andin prihatin

"Ahh- itu, Aku rasa mereka-"

Ucapan Pandu terpotong bersamaan dengan kedatangan Zeus dan Daniel.

"Din." Panggil Zeus langsung memeluk tubuh rentan Andin

Ada apa dengan lelaki ini? Andin sama terkejutnya dengan wajah Pandu dan Daniel .

Andin langsung melepaskan pelukan tiba-tiba Zeus. Membuatnya malu di depan 2 lelaki asing.

"Ada apa denganmu?" Tanya Andin

"Kau baik-baik saja?" Sembur Zeus yang terus menatap iba ke arah Andin

"Dari mana kau tahu aku ada disini?" Tanya Andin

" Apa itu penting bagimu sekarang Andin. Aku selalu memikirkan dan mengkhawatirkan mu, Din."

Zeus kembali memeluk tubuh ramping Andin dan menatap dingin ke arah Pandu.

"Jangan memelukku, kau benar-benar membuatku malu."

"Aku hanya bingung, Kau tahu aku disini dari siapa?" Sambung Andin

"Kau masuk daftar orang hilang, polisi mencari mu. Dan kini kau kembali dengan selamat, apa kau tidak mengerti rasa khawatirku? apa itu masih belum cukup menjadi alasan diriku untuk datang kemari?" Kata Zeus yang terus menerus menatap Pandu. Tatapan mereka yang tak terbaca membuat Andin mengernyitkan keningnya.

"Ah-iya. Mereka teman-temanku, aku terdampar di entah berantah bersama mereka." Cerita Andin tersenyum kaku karena entah sejak kapan suasana di sana terasa begitu suram.

Andin menatap Daniel menyuruhnya pergi untuk membawa Pandu.

"Pandu, mungkin mereka butuh waktu untuk berbincang." Ucap Daniel dingin

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Pandu sudah melangkahkan kakinya meninggalkan tempat yang terasa menyayat hatinya. Bersamaan dengan kepergian Daniel.

"Wah- apa hanya aku yang merasakan suasana merinding tadi?" Ucap Andin bermonolog sendiri ikut angkat kaki dari tempat itu.

"Apa kau sudah makan?"

"Aku ingin sekali makan makanan yang pedas." Kode Andin agar lelaki didepannya pergi.

"Apa kau sudah boleh makan makanan berat? "

"Kau pikir aku sudah melakukan operasi sesar?" Jawab Andin ketus menatap tajam Zeus

Zeus terkekeh geli, "Kalau begitu, aku akan membelikan mu. Tunggulah di dalam." Suruh Zeus perhatian

"Iya boss." Jawab Andin malas berjalan lesu untuk menaiki kasurnya. Padahal saat ini dia hanya butuh istirahat, tidur yang cukup tanpa gangguan dari orang luar.

"Apa kau tidak senang aku ada disini?"











WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang